Pasang surut kesenian Wayang Potehi di Semarang, menjadi perhatian budayawan Tiong Hoa, Jongkie Tio. Dia merasa kesenian yang sudah ada sejak lama tersebut kurang diperhatikan oleh banyak pihak.
- Paradoks Joget Gemoy
- Tradisi Unik Jumat Kliwon Warga Batang, Mandi di Kolam Masjid Agung Batang
- Wotgandul Timur, Cikal Bakal Pecinan Semarang
Baca Juga
Menurut Jongkie, pelaku kesenian wayang potehi sangat terbatas. Salah satunya, kata Jongkie, adalah Thio Tiong Gie. kesenian itu saat ini diwarisi oleh anaknya, Herdian Candra Irawan.
"Saya rasa perhatian terhadap wayang potehi masih kurang. Perlu adanya dorongan supaya kesenian itu dapat semakin berkembang dan diminati anak muda," kata Jongkie, Selasa (6/2).
Jongkie mengakui, kurangnya minat anak muda terhadap wayang potehi dikarenakan wayang potehi sejatinya bukan diperuntukkan sebagai pertunjukkan secara utuh. Katanya, wayang potehi lebih sering dimainkan untuk menghormati dewa saat ulang tahun dewa-dewa.
Selain itu, Jongkie juga menceritakan bahwa selama orde baru, kesenian etnis tiong hoa dibatasi oleh pemerintah. Sehingga, hal itu berpengaruh juga dengan kesenian wayang potehi. Tak hanya dulu, bagi Jongkie, pemerintah Kota Semarang saat ini juga terkesan kurang memperhatikan kesenian itu.
"Berbeda dengan Liong yang juga dipelajari oleh militer. Liong memiliki masa depan yang bagus nantinya. Saat ini, wayang potehi masih kurang perhatian," tegasnya.
Saat ini, Jongkie berharap agar kesenian wayang potehi dapat dilestarikan. Dia ingin supaya komunitas tiong hoa di Semarang memiliki kesadaran lebih supaya mulai menggerakkan kesenian tersebut.
"Caranya bisa beragam, pendekatannya ke anak muda bisa dengan modifikasi wayang potehi melalui alur ceritanya. Saya rasa itu yang diperlukan," pungkasnya.
- Jaga Nilai Budaya Tradisi, Sukirman Usulkan Ekskul Kesenian Wajib di Sekolah
- Galuh Purba, Kerajaan Tertua di Jawa Ada di Purbalingga? Ini Jawabannya
- Pemkot Semarang Dukung Seniman dan Budayawan Bangkit Pasca Pandemi