Banteng versus Celeng, Realita atau Drama Politik PDIP Jelang Pilpres 2024

Ganjar Pranowo dan Puan Maharani, dua kader terbaik PDIP yang disebut-sebut bakal meramaikan bursa Capres 2024. / foto: kolase dari internet.
Ganjar Pranowo dan Puan Maharani, dua kader terbaik PDIP yang disebut-sebut bakal meramaikan bursa Capres 2024. / foto: kolase dari internet.

Bambang Pacul menyebut oknum kader PDIP yang mendeklarasikan capres mendahului arahan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri telah keluar dari barisan dan menjadi celeng.

 “Adagium di PDIP itu yang di luar barisan bukan banteng, itu namanya celeng. Jadi apapun alasan itu yang deklarasi, kalau di luar barisan ya celeng,” tegasnya di Sukoharjo, Sabtu (9/10) seperti dikutip detikcom.

sumber: Twitter.

Pacul merespon gerakan sejumlah kader di Purworejo pada 25 September 2021 lalu. Para pengurus DPC PDI Perjuangan di Kabupaten Purworejo yang menamakan diri Seknas Ganjar Indonesia (SGI) mendeklarasikan dukungan terhadap Ganjar Pranowo menjadi capres pada Pemilu 2024.  Acara deklarasi yang digelar di sebuah rumah makan di Purworejo itu dihadiri oleh Wakil Ketua DPC PDIP Purworejo dan Ketua Bapilu, Albertus Sumbogo. Yang menarik, Sumbogo bahkan mengaku siap bila akan dijatuhi sanksi hingga dipecat dari PDIP karena mengusung Ganjar sebagai capres.

Statemen keras Pacul, sejatinya punya landasan hukum. Sebab, Ketua Umum Megawati Soekarnoputri sudah mengeluarkan surat bernomor 3134/IN/DPP/VIII/2021 pada 11 Agustus 2021 lalu yang melarang para kadernya membahas mengenai capres di Pemilu 2024. Namun, Albertus Sumbogo yang notabene kader dan pengurus teras partai, justru membangkang dari instruksi ketua umum PDIP itu.

Kita sadar dan sepenuhnya paham, bahwa polemik ini muaranya adalah perebutan pamor menuju bursa Pilpres 2024. Sebagai partai pemenang Pemilu dan partai penguasa, PDIP punya peluang yang sangat besar untuk kembali menempatkan kader terbaiknya di kursi presiden. Setelah dua periode sukses membawa Joko Widodo (Jokowi) menjadi Presiden RI, Pilpres 2024 adalah tahun monumental bagi PDIP untuk kembali menempatkan kader terbaiknya di kursi yang sama.

Ganjar Pranowo, yang dua periode menjabat gubernur Jawa Tengah, menjadi sosok yang terus mencuat dan berpeluang besar ikut dalam bursa capres mendatang. From zero to hero. Dari hanya kader biasa, Ganjar melesat menjadi bintang. Soliditas PDIP sukses menjadikannya sebagai gubernur Jateng, menumbangkan Bibit Waluyo, gubernur petahana. Bukan hanya satu periode, PDIP lagi-lagi menjadikannya kembali terpilih menjadi gubernur untuk kali kedua di provinsi yang terkenal dengan julukan ‘’kandang banteng’’ tersebut.

Mesin politik PDIP, apalagi di kandangnya sendiri, harus diakui menjadi kunci naiknya pamor Ganjar di Jateng. Dari elektabilitas nol persen di awal pencalonan gubernur, soliditas PDIP dibawah kendali dan loyalitas tegak lurus pada Ketum Megawati Soekarnoputri, sukses membuat Ganjar terpilih menjadi gubernur.  Popularitas Ganjar kemudian meroket berkat gaya politiknya yang milenial friendly. Berbagai platform media sosial dirambahnya, yang belakangan menjadi social capital bagi dirinya kini, sehingga tak heran namanya berkali-kali masuk dalam 5 besar bahkan 3 besar calon presiden terfavorit pilihan masyarakat dari laporan berbagai lembaga survei.

Di sisi lain, Pilpres 2024 menjadi momentum paling krusial bagi kelanjutan trah Soekarno, yang menjadi pemilik saham mayoritas PDIP. Inilah momen paling bersejarah untuk menaikkan putri mahkota, Puan Maharani, menjadi RI-1. Puan, yang menjadi pewaris resmi trah Soekarno, punya modal sejarah dan politik yang sangat kuat untuk dicalonkan partainya menjadi Capres 2024. Namun, faktor darah biru dan jabatan yang diemban Puan saat ini, tak jadi jaminan mengangkat popularitas dan elektabilitasnya. Dari hasil survei beberapa lembaga, posisinya masih di nomor buncit. Hal itu menarik, ditengah gencarnya baliho "Kepak Sayap Kebhinnekaan" yang bertebaran di sejumlah daerah dan viral di media sosial.

Lantas, benarkah isu panas banteng versus celeng ini, merupakan realitas politik yang betul-betul terjadi di partai banteng itu? Ataukah ini sekadar gimmick, dan bahkan drama politik belaka, yang sengaja diciptakan untuk menaikkan pamor PDIP menjelang Pilpres 2024? Boleh jadi, ini tak lebih sekadar test water bagi rakyat di negeri ini, untuk kembali melabuhkan pilihan politik mereka pada PDIP. Isu panas ini, barangkali menjadi ‘’dagangan politik’’ yang seksi bagi PDIP untuk kembali digdaya di Pemilu 2024, sekaligus merebut kembali kursi RI-1.  Isu banteng versus celeng, menjadi warning bagi seluruh kader partai untuk merapatkan barisan, memanaskan mesin politik, dan tegak lurus pada pimpinan tertinggi partai.

Siapapun boleh berpolah tingkah mencari beragam cara untuk mendulang suara dan dukungan.  Kata kuncinya, tetap ada di tangan Megawati Soekarnoputri. Siapa kader terbaik yang beruntung mendapatkan rekomendasinya kelak? Pastinya bukan celeng, tapi banteng!