Berkonsep Milenial, Pemdes Pesantren Batang Dirikan Kafe Kopi di Terasering Sawah

Stigma badan usaha milik desa (Bumdes) di Kabupaten Batang yang andalkan bisnis model lama terbantahkan dengan hadirnya Cantra Kopi. Mengikuti perkembangan zaman, Bumdes Maju Bersama, Desa Pesantren, Kecamatan Blado, memilih mendirikan sebuah kafe kopi di tengah kampungnya.


 Terletak di pinggir sawah jalan desa, Catra Kopi berkonsep modern dipadukan pemandangan alam. Kafe kopi itu berdiri di antara terasiring dengan pemandangan menghadap kota Batang hingga pesisir Utara.

"Awalnya banyak ditentang warga. Apalagi buat kafe kopi di tengah desa," kata pengelola Catra Kopi, Nurhadi di kafenya, Minggu (17/1).

Layaknya kafe kopi kekinian, kafenya mengandalkan berbagai menu kopi modern semisal Vietnam Drop, V60 dan berbagai jenis minuman lainnya. Menu minuman racikan Barista itu berpadu dengan berbagai menu makanan ringan semisal kentang goreng hingga pisang keju.

Pihaknya pun sengaja merekrut putra daerah yang berpengalaman sebagai juru masak di berbagai kafe kopi dan restoran. Bahkan, pembuat menunya pernah bekerja di Batavia Resto Jakarta.

"Untuk jumlah karyawan berjumlah 14 dan semuanya remaja desa sini. Kami terapkan manajemen profesional karena beberapa dari kami juga pernah bekerja di kafe kopi," jelasnya.

Kafe milik pemerintah desa itu resmi berdiri pada 1 Januari 2021. Dalam sehari, omzetnya saat ini sudah mencapai Rp 2 juta per hari. Perputaran ekonomi dalam setahun saat ini bahkan mencapai Rp 500 juta.

Direktur Bundes Maju Makmur, Barozi menyebut untuk pemasaran, pihaknya mengandalkan media sosial. Bahkan, saat ini, follower instagramnya catra_kopi sudah capai 8.000. Pihaknya pun memperkerjakan fotografer untuk update konten postingan di medsos.

"Mayoritas pengunjung justru dari luar kota setelah melihat postingan dari Instagram. Ada dari Pekalongan hingga Semarang," ujarnya.

Barozi mengatakan Catra Kopi itu murni milik pemdes Pesantren. Seluruh modal berasal dari Anggaran Dana Desa (ADD).

"Yang punya ide dan mendorong anak muda justru pak Kades Pesantren langsung," tuturnya.

Kepala Desa Pesantren, Sukirno bercerita ide itu berasal dari perangkat desa, Karangtaruna dan Pengelola BUMDes. Ide itu sejalan dengan pengalaman kerjanya sebelum menjabat sebagai kepala desa.

Ia pernah bekerja di Perhutani dan turut membantu berdirinya salah satu kafe kopi viral di Batang, Forest Kopi dan beberapa kafe kopi lainnya. Ia turut membantu terkait perizinan sewa lahan Perhutani untuk usaha.

"Dari situ, kami melihat ada prospek ke depan. Sekaligus tepat untuk memberdayakan warga desa, sekaligus bisa menjadi tempat nongkrong anak muda dibanding melakukan hal-hal negatif," tuturnya.

Sukirno merinci pembangunan tahap pertama, anggarannya Rp51 juta. Lalu  Rp72 juta, dan tahap ketiga Rp23 juta. Total Rp147 juta dan mulai dibangun Mei 2020.

Belum lama ini, Catra Kopi mendapatkan penghargaan dari pemerintah Kabupaten Batang. Bundesnya mendapat apresiasi predikat perunggu dari inovasi lomba perencanaan ekonomi desa berbasis pemberdayaan perempuan.

"Dalam pembangunannya kami memang memberdayakan perempuan. Sebanyak 61 persen pekerja perempuan," ucapnya.

Tidak hanya itu, sebagian besar bahan makanan dari warga sekitar. Para ibu PKK pun turut menyuplai bahan baku makanan.

Hasil prestasi itu adalah mendapatkan suntikan dana sebesar Rp100 juta. Suntikan dana tersebut akan dimanfaatkan untuk membangun restoran.