Bank Indonesia memperkirakan potensi meningkatnya harga pada April 2020 yang bisa memicu terjadinya inflasi akibat penerapan pembatasan sosial berskala besar dalam rangka menghadapi pandemi covid-19.
- Restorasi Pantura Jateng, Partai Nasdem dan Yayasan Bakti Lestari Tanam Mangrove di 9 Daerah
- Tanggap Bencana, Pertamina Salurkan Bantuan untuk Posko Banjir Rob Tanjung Mas Semarang
- Pertumbuhan Ekonomi Positif, Literasi Keuangan Meningkat
Baca Juga
"Ada empat kunci pengendalian inflasi yaitu ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif akan terus dilakukan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Upaya tersebut diharapkan dapat menjaga inflasi Jawa Tengah pada tahun 2020 tetap berada pada kisaran sasaran inflasi 3,0%±1%," ungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Soekowardojo, dalam siaran rilisnya, Rabu (8/4).
Hasil perhitungan Badan Pusat Statistik pada Maret 2020, Jawa Tengah mencatat inflasi sebesar 0,02% (month to month/ mtm), lebih rendah dibandingkan inflasi yang terjadi pada Februari sebesar 0,44% (month to month).
Inflasi yang terkendali tersebut sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia sebelumnya. Dengan perkembangan ini, inflasi tahunan Jawa Tengah mencapai 3,25% (year on year), lebih tinggi dibanding dengan inflasi nasional yang tercatat 2,96% (year to year).
"Rendahnya inflasi di Jawa Tengah pada triwulan pertama tahun 2020 didorong oleh terkendalinya kenaikan harga bahan makanan disertai penurunan harga beberapa kebutuhan sekunder," katanya.
Menurutnya, kelompok komoditas yang memberikan kontribusi terbesar terhadap meredanya tekanan inflasi Maret 2020 yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mencatatkan deflasi sebesar 0,27% (mtm).
Sedangkan, dua kelompok komoditas lain yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan serta kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya juga mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,07% (mtm) dan 0,01% (mtm).
Perlambatan laju inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,44% (mtm).
Beberapa komoditas utama pada kelompok ini mengalami deflasi. Meliputi cabai merah, cabai rawit, dan bawang putih. Deflasi cabai merah dan cabai rawit tercatat masing-masing sebesar 25,84% (mtm) dan 13,26% (mtm) diikuti oleh bawang putih sebesar 3,45% (mtm).
Penurunan harga pada ketiga komoditas ini didorong oleh faktor melimpahnya pasokan. Produksi cabai merah meningkat sebesar 11% (mtm) dan produksi cabai rawit menigkat sebesar 67% (mtm) dan diperkirakan akan terus meningkat hingga pertengahan April saat memasuki puncak panen cabai di Jawa Tengah.
Adapun, pasokan bawang putih meningkat seiring izin impor yang telah diberikan sebagai upaya menstabilkan harga pasca peningkatan signifikan pada Februari lalu.
Perlambatan juga didorong oleh meredanya tekanan inflasi pada kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan bersumber dari deflasi pada sub-kelompok peralatan komunikasi dan informasi.
Dua komoditas utama yang mengalami penurunan harga adalah televisi berwarna dan laptop/notebook, masing-masing mencatatkan deflasi sebesar 2,19% (mtm) dan 0,19% (mtm).
Hal ini didorong oleh program promo untuk menghabiskan stok model lama sebelum digantikan oleh model baru dengan spesifikasi terbaru.
Kelompok lain turut mengalami deflasi adalah kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya. Penurunan harga terjadi pada sub-kelompok koran, buku, dan perlengkapan sekolah.
Hampir seluruh komoditas pada sub-kelompok ini mengalami penurunan harga, diantaranya kertas, pen, pensil dan tas sekolah. Hal ini didorong oleh penyesuaian harga yang dilakukan oleh beberapa produsen.
Sementara itu, deflasi yang terjadi pada sub-kelompok makanan berdampak positif pada laju inflasi pada kelompok penyediaan makanan dan minuman. Hal ini tercermin pada meredanya tekanan inflasi pada kelompok ini dari 0,21% (mtm) menjadi 0,04% (mtm).
- Kenalkan Program JKN Mobile, BPJS Kesehatan Pekalongan Gandeng 18 Merchant
- Indosat Hadirkan Pasar Ramadhan IM3 2023” di Semarang
- PermataBank Semarang Mulai Terapkan Layanan Digital