DKK Kota Semarang Kirim Sample Varian Virus Covid-19 Ke UGM Untuk Diteliti

Semakin tingginya kasus aktif Covid-19 di Kota Semarang membuat tempat karantina di Kota Semarang memiliki okupansi tinggi.


Cepatnya laju penularan virus Covid-19 hingga membuat seseorang merasakan gejala lebih cepat dari sebelumnya membuat Dinas Kesehatan Kota Semarang mengirimkan beberapa sampel dari para penderita positif Covid-19 yang ada di Kota Semarang untuk diteliti lebih lanjut jenis atau varian virus apa yang saat ini sedang mewabah di Kota Semarang.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M. Abdul Hakam menyebut ada sekitar 10 hingga 20 sampel yang dikirim ke laboratorium di UGM Yogyakarta untuk dilakukan penelitian untuk mengetahui varian virus apa yang saat ini melanda Semarang.

"Kita sudah kirimkan sample penderita Covid ke UGM untuk mengetahui jenis atau varian virus apa yang merebak di kota Semarang dan semoga bisa cepat ketahuan varian apa," kata Hakam kepada RMOLJateng, Selasa (22/6).

Hakam menjelaskan sampel yang dikirim ke UGM adalah pasien dengan CT rendah, pasien yang memiliki komorbid dan pasien yang sudah di vaksin namun masih terpapar Covid-19.

"Perkembangan virusnya setiap hari sangat cepat sekali, ini juga yang membuat kondisi pasien Covid yang datang ke Rumah Dinas dalam dua minggu terakhir sudah memiliki gejala walaupun ringan, karena biasanya yang datang itu OTG," paparnya.

Hakam mengtaakan jika okupansi Tempat Isolasi terpusat saat ini rata-rata penuh. Bahkan di Rumah Sakit pun juga demikian, karena tidak hanya pasien positif saja yang masuk ke ruang isolasi namun juga pasien suspect di rawat di ruang isolasi.

Dirinya juga menyadari tingginya kasus saat ini membuat para nakes ikut terpapar.

"Kalau kasus banyak pasti para nakes juga banyak yang terpapar akibat kelelahan, meski sudah dilakukan vaksinasi tapi kalau kecapean dan terlalu di forsir pasti akan terpapar juga," jelasnya.

Banyaknya tenaga kesehatan yang ikut terpapar membuat pihaknya membutuhkan banyak relawan tenaga kesehatan yang akan di tempatkan di tempat karantina, mulai dari dokter, perawat hingga bidan.

"Kebutuhan relawan kita tiap tempat karantina itu beda-beda misalnya rumah dinas ada 200 tempat tidur dan membutuhkan 25 orang relawan, di Islamic Center separonya jadi kurang lebih 12 relawan, di UIN ada 200 tempat tidur berarti ada sekitar 25 orang," tandasnya.