Elon Musk Beri Sinyal Twitter di Ambang Kebangkrutan

Twitter kemungkinan berada dalam ambang kebangkrutan. Pemilik baru Twitter Elon Musk pada Kamis (10/11) mengadakan pertemuan dengan stafnya dan menyampaikan beberapa faktor yang membuat perusahaan itu oleng.


Dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, dalam pertemuan yang berlangsung selama satu jam, Musk mengungkapkan bahwa dia belum sepenuhnya memahami liku-liku perusahaan tersebut dan mendapati keuangan perusahaan ternyata berada dalam keadaan genting. Hal ini dua minggu setelah ia membelinya seharga 44 miliar dolar AS, seperti dilaporkan Reuters.

Dia tidak yakin apakah situasi keuangan Twitter saat ini cukup kuat untuk mendukung perusahaan terus beroperasi. "Gambaran ekonomi ke depan sangat buruk" untuk Twitter, katanya dan bahwa perusahaan itu terlalu bergantung pada iklan.

"Perusahaan menjalankan arus kas negatif beberapa miliar dolar," kata Musk kepada karyawan, mengatakan bahwa dia menjual saham Tesla untuk "menyelamatkan" Twitter.

Musk juga mengungkapkan bahwa dua eksekutif kunci telah mengundurkan diri, yaitu Yoel Roth, kepala kepercayaan dan keselamatan perusahaan, dan Robin Wheeler, wakil presiden solusi klien AS.

Roth selama ini membagikan pembaruan rutin tentang upaya untuk memoderasi Twitter dan mencegah pelecehan serta masalah keamanan dan kepercayaan lainnya.

Wheeler telah mempelopori hubungan Twitter dengan pengiklan. Iklan adalah sumber pendapatan utama perusahaan, tetapi sejumlah perusahaan telah menarik iklan mereka dari Twitter di tengah gejolak sejak akuisisi Musk.

Roth dan Wheeler adalah pemimpin senior dan kunci perusahaan. Tetapi kini ereka berdua sudah pergi. Sebelumnya, Kepala Petugas Keamanan Twitter Lea Kissner mentweet bahwa dia juga mengundurkan diri. 

Komisi Perdagangan Federal AS mengatakan ia mengamati kemunduran Twitter dengan "keprihatinan mendalam". Pengunduran diri beberapa pejabat ini berpotensi menempatkan Twitter pada risiko melanggar perintah peraturan.

Selama pertemuan, Musk juga memperingatkan bahwa perusahaan mungkin kehilangan miliaran dolar tahun depan.