Heningnya Perayaan Waisak di Lereng Merbabu Saat Pandemi

Suasana hening saat perayaan Waisak di dusun tertua di pinggang Gunung Merbabu tepatnya Dusun Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Kamis (7/5).


Seratusan warga umat Buddha di desa ini terpaksa merayakannya di dalam rumah masing-masing.

Ucapan selamat merayakan datang dari umat agama lainnya pun, hanya melalui telepon, pesan singkat WhatsApp atau pun media sosial lainnya.

Begitu pula tradisi masyarakat Thekelan yang beragama Kristen dan Islam berbaris untuk menyambut dan mengucapkan selamat sekaligus bersilaturahmi umat Buddha seusai menjalankan upacara waisak, terpaksa ditiadakan.

Ya, hal tersebut terpaksa dilakukan lantaran adanya pendemi Covid-19 saat ini.

"Acara waisak tidak seperti biasa tahun ini ditempati kami. Sementara tidak rame-rame. Tidak ada juga tradisi memberi ucapan selamat dari lintas agama kepada umat Budha yang merayakan," Kepala Dusun Thekelan, Supriyo, Kamis (7/5).

Hal ini, diakui Supriyo sebagai upaya menghormati anjuran dari pemerintah untuk tidak berkerumun atau pun mengadakan kegiatan dapat memicu terjadinya penyebaran Covid-19.

Meski demikian, sebagai gantinya dari perwakilan lintas agama memasang ucapan selama merayakan Waisak di sejumlah titik strategis di dusun yang berada di ketinggian 1.600 Mdpl dan seantero Nusantara dikenal sebagai rumah yang penuh sikap toleransi serta menjunjung tinggi perbedaan.

Jika di tahun-tahun sebelumnya, umat Budha di Dusun Thekelan sambil mengenakan atasan berwarna putih berbondong-bondong menuju Vihara Budha Bhumika sebagai puncak perayaan Waisak 2564 BE bagi umat Buddha dusun Thekelan, untuk saat ini tradisi itu ditiadakan.

Sedangkan, masyarakat Thekelan yang beragama Kristen dan Islam berbaris untuk menyambut dan mengucapkan selamat sekaligus bersilaturahmi umat Buddha seusai menjalankan upacara waisak.