Kelangkaan Minyak Goreng, Polda Jateng Dalami Mata Rantai Distribusi

Kepolisian Daerah Jateng melalui Subdit 1 Indagsi Ditreskrimsus melakukan pemetaan lapangan terkait kelangkaan minyak goreng. Langkah itu ditempuh karena kondisi yang terjadi di masyarakat masih memprihatinkan.


Antrean untuk mendapatkan minyak goreng sampai saat ini masih terjadi di beberapa tempat. Bahkan volume antrean jumlahnya besar sehingga rawan menjadi persoalan sosial.

Langkah yang dilakukan Subdit 1 Indagsi Ditreskrimsus Polda Jateng, yakni dengan mendata dan kemudian melakukan klarifikasi distribustor menjual minyak goreng yang menjual secara paket. Pola ini menjadi temuan di lapangan. Distributor menjual minyak dipaketkan dengan produk lain atau secara bundeling. 

Kasubdit Indagsi, AKBP Rosyid Hartanto mengatakan hasil penelusuran pedagang ditawari distributor beli minyak goren sepaket dengan sabun. Atas temuan ini Rosyid mengatakan, pihaknya kini sedang mencari distributor tersebut. 

"Kami targetkan dapat menemukan distributor yang pelakunya, dengan begitu klarifikasi dapat dilakukan," ujar Rosyid lagi.

Sebenarnya kalau tidak harus membeli produk lain tidak masalah. Namun di tengah kelangkaan seperti sekarang, tetapi minyak dipaketkan dengan produk lain itu memberatakan masyarakat. 

"Ini yang sedang kami dalami, mengapa minyak goreng tersebut dipaketkan dengan produk lain," tambahnya.

Masyarakat Resah

Terkait dengan kelangkaan minyak goreng di lapangan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan pihaknya prihatin dengan kondisi yang dialami masyarakat. Karenya Ganjar  kemudian mengungkapkan ikhawal tersebut saat bertemua dengan perwakilan Kementerian Perdagangan di Semarang. 

Diungkapkan lurahnya Jawa Tengah ini, dia tak bisa membendung keresahan masyarakat yang terus menjerit sulit mendapatkan minyak goreng. Untuk itulah momentum bertemu dengan tim Kementerian Perdagangan di Hotel Gumaya tak disia siakan.  Forum tersebut bertajuk "Mitigasi Risiko Tekanan Harga dan Pasokan Komoditas Global terhadap Inflasi Jawa Tengah".

Ganjar menyampaikan keresahan hati masyarakat yang tak bisa mendapatkan minyak goreng kepada Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Isy Karim. 

"Mohon maaf Pak, silahkan disampaikan ke Pak Mendag atau Pak Menko. Kami tidak bisa seperti ini, karena muka pemerintah hari ini ditampar habis-habisan," ungkap Ganjar. 

Mati di Lumbung Padi

Ganjar mengibaratkan kelangkaan minyak goreng kali ini seperti tikus mati di lumbung padi. Menurutnya, kebijakan penyesuaian harga dan subsidi minyak goreng tidak sinkron. 

Permohonan maaf terus keluar dari mulutnya saat menjadi penyambung lidah masyarakat. Dia sebagai kepala daerah merasa kebingungan karena kebijakan dan produksi ada di pusat.

 "Mohon maaf kalau kalimat saya kurang berkenan, Indonesia ini produsen sawit terbesar. Produsen minyak goreng terbesar, ini seperti tikus mati di lumbung padi," terang Ganjar.