Insiden kebakaran kilang minyak milik Pertamina di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Senin dini hari (29/3) menambah deretan kisah tragis kecelakaan dan bencana yang disebabkan oleh industri ekstraktif.
- Truk Muatan Logistik KPU Magelang Terjun ke Jurang di Kabupaten Semarang
- Banjir Landa Kabupaten Pulau Taliabu, 540 Jiwa Terdampak
- Banjarnegara Sempat Dilanda Angin Kencang, BPBD Minta Warga Waspada
Baca Juga
Insiden kebakaran kilang minyak milik Pertamina di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Senin dini hari (29/3) menambah deretan kisah tragis kecelakaan dan bencana yang disebabkan oleh industri ekstraktif.
Begitu yang dikatakan Kepala Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak lewat keterangan persnya, menyinggung perihal terbakarnya kilang minyak di Balongan, Pertamina.
"Masih segar dalam ingatan, pada tahun 2019, petaka tumpahan minyak mentah dari operasi PT Pertamina Hulu Energi terjadi di lepas pantai Karawang, Jawa Barat, yang menghancurkan kehidupan perekonomian masyarakat dan ekosistem darat serta perairan sekitar. Juga kejadian kebakaran di Kilang Pertamina di Balikpapan,†ucap Leonard seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL.
Leonard mengatakan, kebakaran di kilang Pertamina Balongan tentunya akan berdampak buruk bagi kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar.
Dijelaskan Leonard, berbagai polutan berbahaya yang muncul akibat kebakaran kilang Pertamina juga mencemari udara sekitar. Meskipun bisa saja terbawa angin.
"Pertamina harus melakukan langkah mitigasi yang menyeluruh terhadap berbagai risiko kebakaran kilang, termasuk dampaknya bagi perekonomian dan kehidupan masyarakat sekitar,†tegasnya.
Pihaknya menambahkan, berkaca pada kerugian di berbagai kejadian sebelumnya, tentu masyarakat tidak ingin deretan bencana yang ditimbulkan oleh sektor industri ekstraktif (minyak bumi, batu bara) ini terus berlanjut.
"Ketergantungan kita terhadap energi ekstraktif harus segera dipangkas. Bauran energi nasional harus memberikan porsi terbesar bagi energi terbarukan seperti surya dan bayu,†katanya.
Menurutnya, strategi jangka panjang rendah karbon dan ketahanan iklim (LTS-LCCR) Indonesia harus memberikan arah kebijakan konkrit untuk mewujudkan bauran energi tersebut.
"Serta, pemerintah harus melakukan revisi target penurunan emisi ke arah yang lebih ambisius. Bila hanya keuntungan semata yang diprioritaskan, maka keberlangsungan alam dan kehidupan manusia akan rusak,†tandasnya.
- Pasrah Kiosnya Hangus, Seorang Pedagang Peluk Wali Kota Semarang
- Tidak Kunjung Pulang Berkebun, Warga Getasan Ditemukan Tenggelam Di Embung
- Pusat Produksi Tali Tambang Plastik di Pekalongan Terbakar, Kerugian Capai Rp450 Juta