Kisah Sukses Perajin Replika Kayu Asal Demak Bermodal Rp50.000 Raih Prestasi Mendunia

Kisah Dan Pergulatan Pengusaha Muda Eko Mulyo Yang Bermodalkan Rp50.000 Dan Berhasil Menjadi Eksportir Ke Mancanegara Dikisahkan Kembali Oleh Eko Mulyo Dalam Bincang Inspiratif Di Podcast Ngopi Dari Studio Mini Dinas Pariwisata Demak Jumat, (11/10). Istimewa/RMOLJawaTengah
Kisah Dan Pergulatan Pengusaha Muda Eko Mulyo Yang Bermodalkan Rp50.000 Dan Berhasil Menjadi Eksportir Ke Mancanegara Dikisahkan Kembali Oleh Eko Mulyo Dalam Bincang Inspiratif Di Podcast Ngopi Dari Studio Mini Dinas Pariwisata Demak Jumat, (11/10). Istimewa/RMOLJawaTengah

Demak - Orang tua Eko Mulyo berharap anak sulung mereka dapat menjadi orang makmur atau mulyo (Bahasa Jawa). Orang Jawa lazim memberi nama Eko untuk anak pertama. Jadi tidak heran Eko Mulyo anak pertama laki-laki dan seorang keturunan Jawa dari daerah Karanganyar, Demak. 

Karanganyar adalah daerah yang pasti dilewati setiap kali melintas ke atau dari Demak, terutama saat jalur utama macet. Daerah ini berbatasan dengan Kudus di bagian Timur, Selatan dan Utara, sedang di bagian Barat bertetangga dengan Kecamatan Mijen.

Di tempat yang apabila air laut pasang, tergenang macam rawa-rawa, dan jika banjir terendam itulah tempat Eko berasal atau dilahirkan. Karanganyar termasuk daerah yang parah genangannya bahkan membuat kegiatan masyarakatnya nyaris lumpuh total. Tetapi kondisi berat tak membuat Eko mandeg. 

Sebagai buruh bangunan, Eko hanya lulusan Tsanawiyah setingkat SMP. Berbekal dengan mimpi dan uang Rp50.000, Eko kemudian memulai usaha replika kayu. Usaha itu dirintis sekitar sepuluh tahun silam. Kini usahaya tumbuh dan berkembang dengan omzet mencapai ratusan juta rupiah. 

Kisah dan pergulatan penuh peluh itu dikisahkan kembali oleh Eko Mulyo dalam bincang inspiratif di Podcast Ngopi dari Studio Mini Dinas Pariwisata Demak, Jum'at lalu.

"Saya ini hanya tukang bangunan sebelumnya. Namun, siapa sangka dengan ketekunan saya merakit replika kapal hingga lokomotif dari beberapa bahan sederhana yang saya jumpai, prospeknya sangat menjanjikan untuk meningkatkan taraf hidup saya sekeluarga," kata Eko.

Meski tingkat hidupnya kini telah naik kelas berdasarka perjuangan kerasnya, wirausaha  Eko asal Kedungwaru Kidul, Karanganyar, Sayung ini tak malu bertutur tentang perjuangan yang dihadapinya.

Dahulu ia seorang tukang batu atau bangunan dengan pendapatan tak pasti di bawah UMR juga menjadi pelecut semangat. Kini, dia bukan lagi buruh honorer biasa dan warga desa yang lugu, namun telah tumbuh berkembang penuh percaya diri.

Buah usahnya dikenal sampai luar negeri, seperti Thailand dan Switzerland juga. Besarnya animo pasar global produk besutan wong Demak ini, kini membuatnya jadi buah bibir. Media pun mengarahkan kamera alias menaruh perhatian kepadanya untuk menjadi tokoh inspiratif. 

Trans TV misalnya, beberapa waktu lalu menghadirkan sosok Eko jadi tayangan khususnya. Kiprah Eko diulas dengan pernik pernik yang kini berwarna.

Berawal dari sebuah kondisi penuh keterbasan membalikkan Nasib Eko menjadi wirausaha yang tidak saja berkecukupan, namun yang membuatnya bahagia dapat berbagi, seperti menyediakan lapangan kerja bagi warga sekitar. 

Eko setuju kata-kata mutiara bahwa Allah tidak akan mengubah nasib seseorang kecuali dia sendiri berusaha keras untuk mengubahnya.  Dia berharap perjuangan dan pengalaman yang dimilikinya dapat menjadi inspirasi siapa pun untuk jangan menyerah dengan keadaan. Sebab nasib tidak untuk diratapi, tetapi kondisi yang ada membuat kita harus berjuang dan berusaha keras untuk dapat mengatasinya.

Jaringan dan relasi sangat penting menjadi pilar mendukung apa pun ikhtiar itu, apalagi yang berkaitan dengan pasar. ‘’Saya setuju, dengan bergaul punya hubungan pandangan dan pemikiran akan berkembang. Jadi silaturahmi menjadi penting juga,’’ungkapnya tetap dengan rendah hati.

Ke depan dia berharap, sinergi dan kolaborasi dapat terus dikembangkan. "Harapan saya kedepan, pihak Pemkab dapat memfasilitasi perijinan serta proses HAKI," usulnya melontarkan harapan khusus.

Dukungan dan perhatian pemerintah menjadi penting, terutama bagi wirasusaha mikro. Karena untuk mikro segala sesuatunya masih serba terbatas. Eko bersyukur sekarang telah mampu membangun relasi yang lebih luas.

Saat ini misalnya, dengan institusi-institusi besar, seperti Pertamina telah dijalin. Selain itu dengan Maskapai Susi Air, milik mantan Menteri Kelautan Republik Indonesia, Susi Pudjiastuti juga sudah ada kerjasama.

Di akhir perbincangan Eko Mulyo ingin berterima kasih juga atas undangan dari Dinas Pariwisata untuk berbagi cerita tentang pengalamannya. Menurutnya bentuk perhatian dan dukungan semacam ini mempunya makna khusus.

‘’Terima kasih saya merasa bangga dan berarti banget kesempatan ini. Semoga bermanfaat dan dapat menjadi bahan atau tukar pikir yang positif,’’ujarnya.