Masyarakat Kota Semarang Menjerit Karena Mulai Sulit Dapat Gas Elpiji 3 Kilo Subsidi 

Gas LPG (Elpiji) 3 Kilo Dikeluhkan Sulit Didapatkan Oleh Masyarakat Selama Seminggu Ini Di Beberapa Wilayah Di Kota Semarang. Dicky A Wijaya/RMOLJateng
Gas LPG (Elpiji) 3 Kilo Dikeluhkan Sulit Didapatkan Oleh Masyarakat Selama Seminggu Ini Di Beberapa Wilayah Di Kota Semarang. Dicky A Wijaya/RMOLJateng

Ketersediaan gas elpiji bersubsidi 3 kilogram di Kota Semarang setelah Lebaran ini mulai sulit didapatkan. Masyarakat mengeluhkan bahwa stok gas di agen dan distributor telat dan dirasakan langsung.  Di beberapa wilayah bahkan sulit untuk mendapatkan gas di toko dan warung. 


Sudah seminggu ini gas sulit didapatkan. Menurut salah satu warga Tlogosari, Asih, jika tidak ada gas di toko, tidak ada pilihan lain selain harus beli makanan matang. Pilihannya hanya itu, bila masak di dapur biaya keperluan harian akan naik berkali-kali, apalagi harga bahan-bahan pokok juga naik semuanya.  

"Ini mahal semua. Belum turun beberapa harga kebutuhan pokok setelah Lebaran. Gas elpiji sulit di beberapa toko belanja kosong tiga hari ini. Akhirnya pilih beli makanan matang saja. Bisa buat makan satu hari sekeluarga daripada masak sendiri," ucap dia. 

Sedangkan warga lain, Dina, warga Kaligawe, mengeluhkan, gas sebenarnya masih ada stok. Tetapi, di beberapa warung harganya naik. Meski lebih mahal, terpaksa dibeli untuk kebutuhan rumah tangga. 

"Ada beberapa warung masih punya stok. Tapi, harganya sudah tidak seperti sebelum lebaran, naik sedikit. Ya, nggak masalah, daripada nggak bisa memasak," katanya. 

Stok gas elpiji bersubsidi sulit dan langka juga dirasakan warga di Ngaliyan.

Ika, salah satu warga perumahan Puri Ngaliyan mengatakan, seminggu ini gas 3 kilo kosong karena tidak ada stok di warung langganannya. Ia berharap, pemerintah segera mencarikan jalan keluar agar tidak jadi beban bagi masyarakat. 

"Kosong habis Lebaran. Susah mau beli gas. Ya, semoga bisa normal lagi karena apa-apa mahal semuanya. Padahal, itu yang paling penting jadi karena sulit didapatkan. Sehari ngurangin masak, satu kali saja. Pasti juga masyarakat mikir-mikir misal harus meninggalkan gas subsidi ganti ke tabung besar, mahal dan stoknya tidak banyak dijual di toko atau warung," kata Ika.