Menyambangi Masjid Tertua Pekalongan, Kerap Disinggahi Pangeran Diponegoro

Siapa sangka di dekat kompleks makam Saputro, Kota Pekalongan, terdapat masjid tertua se-eks Karesidenan Pekalongan. Berumur lebih dari 400 tahun, masjid Jami Aulia konon sering jadi tempat singgah Pangeran Diponegoro.


"Yang paling terkenal memang beliau. Tapi banyak juga wali wali yang ke sini," kata ketua Yayasan Masjid Jami Aulia, KH Ahmad Dananir Dananjoyo di kediamannya, Senin (11/4) pagi.

Ia bercerita,  masjid itu dibangun empat orang, yaitu Kiai Maksum, Kiai Sulaiman, Kiai Lukman, dan Nyai Kudung. Keempatnya merupakan utusan kerajaan Demak Bintoro. Tujuannya untuk syiar agama Islam.

Awalnya, masjid hendak dibangun di wilayah Alas Roban. Saat itu, empat tokoh itu sudah membuat pondasi dan sumur.

"Namun setelah salat Istikharah, beliau mendapat pesan bahwa lokasi saat itu (Alas Roban) tidak akan jadi kampung. Akhirnya dipindah ke sini," katanya.

Dananir melanjutkan, akhirnya empat tokoh itu membangun masjid di wilayah yang sekarang masuk Kelurahan Sapuro Kebulen. Berdasarkan prasasti, tahun pembangunan masjid tercatat 1035 Hijriah atau 1614 masehi. Saat ini 1443 H, jadi masjid sudah berumur 408 tahun.

Desain bangunan masjid itu mirip dengan bangunan di Demak yaitu Joglo. Bahan utama bangunan juga terbuat dari kayu jati, serta masih asli hingga saat ini.

Bagian dalam masjid terdiri tempat imam, mimbar kayu, serta empat tiang utama atau soko guru. Pada empat pilar terdapat nama pendiri masjid.

"Dulu, namanya masjid Kalung Rante. Tapi pada 1980-an, saya mengusulkan ganti jadi Jami Aulia karena berada di kompleks makam Aulia semisal Habib Ahmad, Habib Alwi, Habib Hasyim dan lainnya," jelasnya.

Dalam masjid juga ada replika Al-Qur’an 2 meter meter x 2,30 meter yang dibuat Haji Rahmat warga Kraton. Isinya bagian dari juz 30 Al Qur'an dan ditulis tangan. Replika Al-Quran itu jadi yang terbesar di masanya.