Meski Dihantam Inflasi, Penjualan Produk Sido Muncul Tetap Stabil

Meski adanya kenaikan inflasi yang menyebabkan melemahnya daya beli masyarakat, namun penjualan Produk Sido Muncul diakuinya tetap normal dan stabil.


Direktur Utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. David Hidayat menegaskan permintaan produk Sido Muncul tetap stabil dan normal meski melemahnya daya beli masyarakat akibat kenaikan inflasi.

"Permintaan akan produk Sido Muncul tetap normal, bahkan dengan kenaikan inflasi yang mengakibatkan melemahnya daya beli masyarakat. Target pertumbuhan penjualan yang diharapkan bisa tercapai hingga akhir tahun ini masih dalam proses revisi," ujar David Hidayat, Selasa (9/8). 

Menurut David Hidayat, Manajemen Sido  optimistis perekonomian akan membaik dan permintaan akan segera pulih kembali, hingga kinerja hingga akhir 2022 dapat menunjukkan tren positif. 

"Kinerja manajemen Sido Muncul cukup bagus, hanya saja tidak bisa kalau dibandingkan dengan 2021 dimana terjadi lonjakan dahsyat akibat Varians Delta," ujarnya.

Menurutnya, pertumbuhan positif penjualan ekspor dan anak perusahaan memberikan kontribusi yang positif bagi pendapatan perseroan.

Dengan kondisi apapun, manajemen terus berupaya meningkatkan kinerja yang memang secara konsisten harus dilakukan.

“Manajemen masih optimistis dengan kondisi perekonomian saat ini. Beberapa hal yang menjadi katalis positif, diantaranya melandainya pandemi Covid-19, mobilitas yang semakin membaik, pembukaan kembali dan kemudahan dalam melakukan perjalanan, serta gaya hidup masyarakat yang lebih sehat,” tutur David .

David menambahkan, laju bisnis di tahun 2021 lalu tidak bisa dijadikan acuan untuk pertumbuhan tahun ini. Manajemen telah melakukan berbagai strategi menyikapi lonjakan permintaan hingga menuntut kinerja untuk gerak cepat supaya dapat memenuhi  permintaan pasar.

"Demikian juga dengan tahun 2022,  manajemen harus sigap pula menghadapi perubahan permintaan pasar, baik lokal maupun global," tandas David.

Dijelaskan Davis, Produsen Tolak Angin, Semester I/2022 mencatatkan kinerja penjualan Rp1,61 triliun dan laba bersih Rp445,59 miliar. 

Laba bersih emiten berkode SIDO pun tergerus karena pendapatan yang turun dihadapkan pada beban yang meningkat akibat inflasi bahan baku.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2022, SIDO mencatatkan penjualan turun 2,53% menjadi Rp1,61 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp1,65 triliun.

Beban pokok penjualan produsen jamu-jamuan ini juga malah meningkat 4,55% menjadi Rp757,61 miliar dari Rp724,71 miliar. 

Dengan demikian, laba bruto pun tergerus dari Rp930,08 miliar menjadi Rp854,48 miliar per paruh pertama 2022 ini.

Sebenarnya, SIDO mampu menekan beban penjualan dan pemasaran dari Rp223,95 miliar menjadi Rp195,24 miliar. Namun, beban umum dan administrasinya meningkat dari Rp98,68 miliar menjadi Rp119,86 miliar. 

Kondisi itu, membuat kinerja laba usaha SIDO turun 10% menjadi Rp558,61 miliar per 30 Juni 2022 ini dari posisi Rp620,74 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Program Effisiensi akan terus dilakukan untuk dapat menekan biaya-biaya yang kurang optimal.

Setelah dikurangi pajak penghasilan dan biaya lainnya, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mengalami penurunan 11,35% dari Rp502 miliar menjadi Rp445,59 miliar pada 6 bulan pertama 2022 ini. 

Sementara Posisi aset SIDO juga turun menjadi Rp3,57 triliun per 30 Juni 2022 dari posisi Rp4,06 triliun pada akhir tahun lalu, seiring penurunan tajam pada posisi kas dan setara kas yang menjadi Rp601,32 miliar dari Rp1,08 triliun. 

Di sisi lain, total liabilitas SIDO membaik dengan turun menjadi Rp337,18 miliar dari Rp597,78 miliar pada akhir tahun lalu. Penurunan tersebut seiring liabilitas jangka pendek pada beban akrual, utang pajak, serta utang usaha pihak ketiga yang berhasil diturunkan.

Sedangkan posisi ekuitas cenderung sehat dengan nilai Rp3,24 triliun turun dibandingkan dengan akhir tahun 2021 sebesar Rp3,47 triliun.