Misi Jokowi Lewat Wiranto-Luhut Kemungkinan Besar Gagal

Presiden Joko Widodo menggunakan Menko Polhukam, Wiranto, dan Menko Maritim, Luhut Pandjaitan, untuk membatasi pergerakan calon lawan yang potensial di Pilpres 2019.


Jokowi mengutus Wiranto bertemu Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sedangkan Luhut Pandjaitan bertemu Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

Prabowo dan SBY dipandang Jokowi sebagai calon paling potensial menjadi lawan yang merepotkannya di laga pemilihan tahun depan. Jika Prabowo maju kembali, lalu Yudhoyono membangun blok politik tersendiri, maka mereka menjadi sandungan yang merepotkan Jokowi

Demikian sekilas penilaian analis politik dari Sigma, Said Salahuddin, soal pertemuan empat purnawirawan jenderal TNI tersebut yang berlangsung di sepekan terakhir, dalam konteks peta kekuatan Pilpres 2019.

Tetapi, Said ragu misi Jokowi lewat Luhut dan Wiranto itu akan berhasil. Sebab jika Prabowo bersedia mendampingi Jokowi, berarti Gerindra sedang menggali kuburnya sendiri.

"Tetapi seandainya pun Prabowo bersedia bersanding dengan Jokowi, maka akan ada Yudhoyono yang pasti sangat sigap memanfaatkan kondisi itu dengan membangun blok penantang Jokowi-Prabowo," ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi Kantor Berita Politik RMOL

Masih menurutnya, blok politik Demokrat sangat mungkin mendapat dukungan PKB, PAN, dan bahkan PKS. Jika koalisi baru ini benar-benar terbentuk untuk berhadapan dengan koalisi Jokowi plus Gerindra, maka tidak mustahil 2019 Indonesia akan punya Presiden dan Wakil Presiden baru.

Koalisi penantang Jokowi-Prabowo itu berpeluang menang karena selain didukung oleh para konstituen partai masing-masing, juga akan menjadi tempat berkumpul berbagai elemen masyarakat yang saat ini dalam posisi saling berseberangan.

"Kelompok anti-Jokowi, para pembenci Prabowo, 'kelompok politik Islam baru' yang terkonsolidasi pasca aksi 212, bahkan loyalis Prabowo yang merasa dikhianati, boleh jadi akan ikut bergabung dalam blok politik yang dipimpin oleh Yudhoyono," tutupnya.