Wiranto Dan Luhut Bawa Misi Paslon Tunggal

Untuk bisa memenangkan Pilpres 2019, petahana Joko Widodo harus mencari jalan untuk membatasi pergerakan lawan.


Dalam konteks tersebut, presiden mengutus Menko Polhukam, Wiranto, bertemu Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Menko Maritim, Luhut Pandjaitan, bertemu Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

"Mengapa harus Prabowo dan Yudhoyono? Sebab dua tokoh inilah yang dipandang paling potensial menjadi lawan bagi Jokowi di Pilpres nanti. Jika Prabowo maju kembali, lalu Yudhoyono membangun blok politik tersendiri, maka mereka menjadi sandungan yang merepotkan Jokowi," kata analis politik dari Sigma, Said Salahuddin, dalam keterangan persnya, Kamis (19/4) sebagaimana dilansir Kantor Berita Politik RMOL

Dia yakin Jokowi masih mencatat kekalahannya dari Prabowo di 10 provinsi pada Pilpres 2014. Di sebuah provinsi, Prabowo bahkan membabat hampir 77 persen suara, sementara Jokowi hanya mendapat sisa 23 persen suara.

Bila Prabowo tetap maju atau menyiapkan tokoh lain yang setara untuk menjadi lawan bagi Jokowi, lalu Yudhoyono ikut membantu kubu Gerindra atau justru membangun blok politik ketiga, dapat berarti ancaman besar bagi Jokowi.

"Itulah alasan Jokowi mengirim dua jenderalnya menemui dua jenderal lainnya melalui strategi politik utusan," tambah Said.

Menurut dia, tujuan "politik utusan" ini adalah memberi jalan bagi Jokowi untuk melenggang sendirian di Pilpres.

Jika Luhut berhasil menggandeng Prabowo sebagai cawapres Jokowi, lalu Wiranto mampu menggalang dukungan dari SBY dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tetap berada di barisan Jokowi, maka Pilpres 2019 akan diikuti satu pasangan calon (paslon).