Pemerintah Kabupaten Batang mulai mengalihfungsikan sawah terdampak tol menjadi klaster bawang merah.
- Torehkan Penghargaan Tertinggi Tingkat International, SG Raih Peringkat Gold pada Ajang ICQCC 2022 di Jakarta
- Gelar Seminar Nasional ‘Indonesia Youth Movement’, WIMNUS Gelorakan Semangat Wirausaha
- Gubernur Luthfi Beri Arahan: Bank Jateng Angkat UMKM Demi Perekonomian Daerah
Baca Juga
Pemerintah Kabupaten Batang mulai mengalihfungsikan sawah terdampak tol menjadi klaster bawang merah.
Lahan seluas 6 hektare di desa Banjiran, kecamatan Warungasem, menjadi demplot (lahan percontohan) pengembangan bawang merah menggandeng off taker (penyedia bibit dan pembeli) dari PT Mitra Pillar Brebes.
"Pengembangan bawang merah ini merupakan jawaban keluhan petani yang irigasi berkurang karena dampak tol, meski ada air tapi tidak bisa ditanami padi," kata Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Batang, Heru Yuwono, Jumat (21/5).
Ia menyebut di Kabupaten Batang ada 308 hektare sawah yang terdampak pembangunan tol. Adapun hasil panen raya demplot Bawang Merah itu mencapai 27 ton per hektare. Hasil itu jauh lebih tinggi dibanding sentra bawang merah di Kabupaten Brebes.
"Di brebes, panen per hektare maksimal 20 ton basah. Hasilnya pun inshallah lebih bagus daripada Brebes," jelas Direktur PT Mitra Pilar Brebes, Alex Chandra.
Ia mengatakan saat ini Kabupaten Brebes berkontribusi 30 persen dari kebutuhan bawang merah secara nasional.
Alex berharap kabupaten Batang bisa mengambil porsi 5 persen hingga 10 persen dari kontribusi itu.
Perhitungannya, paling tidak untuk mencapai hal itu, butuh panen bawang merah 600 ton per tahun.
"Untuk kebutuhan ekspor selama i masig ambil dari NTB. Ke depan saya harap ekspor bisa dari Batang," jelasnya.
Bupati Batang Wihaji mengatakan kebutuhan utama petani adalah kepastian pembiayaan, kepastian harga dan kepastian pembeli.
Ketika tiga hal itu tercapai, ia yakin jenis pertanian apapun, khususnya bawang merah, akan tumbuh alami.
"Petani alamiah saja, selama untung akan ikut, kalau tidak untung ya tidak ikut," jelasnya.
Politisi Golkar itu juga meminta petani berpikir out of the box dengan mencoba memanen di masa off season, saat harga bawang merah tinggi. Sebab, jika panen raya, harga bawang merah cenderung turun.
"Kalau pas masa panen raya tidak ikut tanam, kalau pas off season tanam. Tapi harus diperhatikan hamanya, " contohnya.
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah, Tri susilarjo, ingin program demplot itu dikembangkan ke kecamatan lain di Kabupaten Batang.
Ia juga menyebut ada program pengembangan lahan bawang merah dari APBN untuk Kabupaten Batang dan Kabupaten Pemalang.
"Batang 30 hektare dan Pemalang 30 hektare," tuturnya.
Ia juga menyebut harga bawang merah saat masa panen raya berkisar Rp 23 ribu hingga Rp 25 ribu per Kilogram.
Sedangkan saat off season harga bawang merah di atas Rp 30 ribu per Kilogram.
- Pameran Tapera di Semarang Bukukan 175 Transaksi Pembelian
- Tim Perumahan Tinjau Cepat Lokasi Rumah Subsidi, Ketua Umum PWI Apresiasi Komitmen Pemerintah
- Raffi Ahmad Siap 'Caplok' Semarang Jadi Gurita Bisnis Rans