Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Jawa Tengah mendorong penyelesaian masalah yang saat ini melilit di tubuh PWI Pusat. Langkah itu demi penyelamatan marwah organisasi profesi kewartawanan tertua ini.
Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah, Amir Machmud NS didampingi Wakil Sekretaris Aris Syaefudin menjelaskan beberapa hal menyangkut kemelut yang mendera di tubuh PWI Pusat. Diantaranya hubungan Pengurus Harian PWI Pusat dan Dewan Kehormatan (DK), berkaitan dengan dugaan kasus cash back dan fee dana bantuan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) dari Kementerian BUMN yang mengalir ke sejumlah pengurus.
“Dana tersebut oleh sejumlah penerima, telah dikembalikan ke kas PWI. Namun tetapi, keputusan DK yang meminta agar Ketua Umum PWI Pusat meresafel sejumlah nama masih belum dilaksanakan,” ujar Amir, Kamis (30/5).
Dengan kondisi tersebut, maka PWI Jateng menyatakan sikap dan sejumlah pernyataan. Yakni pertama, sejak kasus tersebut bergulir, ditangani oleh DK serta ditangani oleh DK PWI Pusat, pengurus PWI provinsi dan kabupaten/ kota mendapat banyak pertanyaan dari para mitra kerja, baik pemerintah maupun swasta.
”Dikhawatirkan, kasus tersebut bisa menyebabkan penurunan kepercayaan kepada PWI dalam menyelenggarakan kegiatan bersama,” terang Amir.
Pernyataan kedua, PWI Jawa Tengah khawatir mekanisme organisasi yang sudah tertata melalui PDPRT dan Kode Perilaku PWI, akan menjadi kehilangan makna dan diabaikan oleh anggota jika para senior di DK, Dewan Penasihat dan Pengurus tidak mengikutinya dengan komitmen menegakkan konstitusi organisasi.
”Hal ini akan terefleksi sebagai sikap anggota terhadap konstitusi organisasi. Pertanyaan-pertanyaan dari para anggota, calon anggota, dan mitra kerja akan bisa dihadapi dan dijawab oleh para pengurus provinsi/ kabupaten/ kota apabila berstandar pemahanan kepatuhan kepada PDPRT dan Kode Perilaku secara konsisten dan tepat,” paparnya.
Ketiga, pemulihan marwah organisasi akan bergantung pada arah sikap Pengurus PWI Pusat dan DK PWI Pusat untuk berkomitmen menyelamatkan organisasi profesi ini ke posisi eksistensial sebagai perkumpulan yang bermartabat, dan benar-benar bermanfaat bagi anggota secara keseluruhan.
Keempat, mendesak para senior PWI di Pusat agar memfokuskan penyelesaian kemelut organisasi dengan mendengarkan suara-suara dari daerah/ provinsi.
”Jangan mendengar sikap daerah hanya pada saat kongres dan ketika membutuhkan akumulasi suara, melainkan memperlakukan daerah benar-benar sebagai pemilik organisasi,” tegas Amir dalam sikapnya.
Kelima, PWI Jateng meminta kepada para senior PWI di Pusat, agar melepaskan diri dari segala ego dan kepentingan. Kemudian benar-benar bersikap untuk menyelamatkan martabat organisasi.
Pernyataan sikap ini, menurut Ketua PWI Jateng, bertujuan mendorong penyelesaian yang cepat, baik, efektif, dan menyelamatkan organisasi.
“Setelah kongres di Bandung, pada September tahun lalu, kami ingin merasakan perbaikan-perbaikan dalam penataan organisasi. Tetapi hingga sejauh ini selain perbaikan program yang dijalankan, juga pameran ego sektoral yang luar biasa. Inilah yang tidak sepatutnya dipertontonkan,” katanya
Amir Machmud berharap, agar pernyataan sikap dari Jateng ini didengar dan dicerna oleh para senior di PWI Pusat sebagai masukan untuk kemaslahatan organisasi PWI.
“Satukan sikap antara DK dan Pengurus, juga Dewan Penasihat sebagai teladan-teladan yang akan menjadi tempat becermin provinsi-provinsi,” pinta Amir.
- Ketum PWI : Program Rumah Bersubsidi untuk Wartawan, Tak Ganggu Independensi Pers
- AJI - PFI Semarang : Polri Tak Pernah Belajar, Beri Sanksi Tegas Ajudan Kapolri 'Arogan'
- Silaturahmi dan Buka Bersama Staykustik dengan Wartawan