- Sanggar Greget Semarang Gelar Pertunjukkan “Tanda Tresno”
- Museum Purbakala Patiayam Kudus Jawa Tengah Kini Segera Memiliki Koleksi Baru Berupa Fosil Gajah Dan Kerbau Berusia Ribuan Tahun.
- SIPA 2023 di Beteng Vastenburg Dimeriahkan Seniman Tujuh Negara
Baca Juga
Forum Karang Taruna Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, menghadirkan cara unik untuk melestarikan seni tradisional jedoran kepada generasi muda. Acara bertajuk Ngawen Tradisional Festival 2024 itu digelar di halaman Kantor Kecamatan Ngawen selama tiga hari, Minggu hingga Selasa (29-31/12).
Festival ini membawa angin segar bagi para pegiat kesenian Jedoran, yang kini nyaris punah akibat minimnya minat dari kalangan muda. Dengan irama khas dan tarikan vokal unik, kesenian ini menjadi daya tarik tersendiri dalam festival tersebut.
Mudaris (53), salah seorang pegiat Jedoran asal Desa Talokwohmojo, mengaku prihatin melihat kondisi kesenian ini.
"Dulu, di Talokwohmojo saja setiap dukuh memiliki grup Jedoran. Total ada tujuh grup, tapi sekarang tinggal satu grup saja," ungkap Mudaris seusai pentas di Ngawen Tradisional Festival 2024, Senin (30/12) malam.
Mudaris merupakan generasi kelima yang belajar Jedoran sejak kecil. Ia menjelaskan bahwa kesenian ini membutuhkan keterampilan khusus, terutama dalam teknik vokal.
"Untuk Jedoran, harus punya napas panjang karena vokalnya harus ngelik atau bersuara keras dan panjang. Sayangnya, saat ini pemainnya kebanyakan orang tua, dan anak muda tampaknya kurang tertarik untuk belajar," kata Mudaris.
Lebih lanjut, Mudaris menjelaskan, dalam satu grup Jedoran, biasanya terdiri dari 10 hingga 12 pemain. Lagu-lagu yang dibawakan berisi tembang sholawat atau kisah Walisongo, seperti "Ya Qoluu Syaikhuna" yang semacam manaqib.
"Tiap lagu dimainkan selama lima sampai lima belas menit, tergantung durasi ceritanya," tambah Mudaris.
Dengan digelarnya festival ini, Mudaris berharap akan muncul kesadaran baru di kalangan anak muda Blora untuk turut melestarikan Jedoran.
"Kesenian ini unik dan memiliki nilai budaya tinggi. Jika anak muda mau belajar, saya yakin Jedoran bisa bangkit lagi," ujar Mudaris penuh harap.
Ketua panitia Ngawen Tradisional Festival 2024, Muhamad Adib mengatakan, event diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk menghidupkan kembali minat generasi muda terhadap seni tradisional.
"Kami ingin kesenian Jedoran ini tidak hanya dikenal, tetapi juga diminati oleh anak muda. Melalui festival ini, kami memberikan ruang bagi seni tradisional agar tetap lestari," jelas Cuplis, sapaan akrab Ketua Panitia.
Cuplis juga menekankan pentingnya kolaborasi antara generasi tua dan muda untuk melestarikan seni ini. "Perlu ada regenerasi agar Jedoran tidak hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga bagian dari masa depan budaya kita," ujar Cuplis.
Cuplis mengungkapkan, Jedoran adalah salah satu kekayaan budaya Blora yang harus dilestarikan. Menurutnya, seni ini tidak hanya menarik sebagai tontonan, tetapi juga dapat menginspirasi generasi muda untuk menjaga tradisi.
Ia menambahkan, Ngawen Tradisional Festival 2024 menjadi bukti bahwa seni tradisional tetap relevan di tengah perkembangan tarian modern.
"Jedoran adalah kekayaan budaya yang harus kita jaga. Seni ini tidak hanya menarik untuk ditonton, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus merawat tradisi kita. Melalui Ngawen Tradisional Festival 2024, kami ingin menunjukkan bahwa seni tradisional seperti Jedoran masih memiliki tempat meskipun modernitas terus berkembang," terang Cuplis.
- Terkuak! Museum Glagah Wangi Simpan Harta Karun
- PMS Gelar Tradisi Ceng Beng, Ziarah ke Lima Makam Pahlawan Tionghoa di TMP Kusuma Bhakti Solo
- Festival Balon Tambat 2025 Siap Digelar