Tampil Spektakuler Parade Seni Budaya Grobogan Pukau Penonton

Penampilan peserta parade seni budaya di Alun-alun Purwodadi Grobogan, Selasa (22/4) siang. Rubadi/ RMOLJateng.
Penampilan peserta parade seni budaya di Alun-alun Purwodadi Grobogan, Selasa (22/4) siang. Rubadi/ RMOLJateng.

Ribuan penonton terpukau dengan penampilan Parade Seni Budaya Grobogan yang digelar di Alun-Alun Purwodadi, Selasa (22/4) siang. Selain memperingati Hari Jadi ke-299 Kabupaten Grobogan, pertunjukan seni dalam parade tersebut bertujuan agar warga Grobogan mencintai budaya lokal.


Penampilan spektakuler yang memadukan kreativitas dan kearifan lokal itu pun memukau para penonton. Padahal seluruh peserta merupakan pelajar SMP, SMA, dan SMK se-Grobogan.

Beberapa penampilan yang menjadi sorotan antara lain Tari Uyah Grosok dari SMPN 1 Ngaringan, yang mengangkat tradisi pengolahan garam khas Desa Jono, Tari Bledug Kuwu oleh SMPN 1 Purwodadi, menghadirkan fenomena geologi unik Grobogan dalam gerakan gemulai.

Pertunjukan Gua Lawa & Goa Macan dari SMPN 6 Purwodadi, juga membuat decak kagum penonton, terlebih saat "macan" dan "kelelawar" muncul secara dramatis dari panggung.

Tak kalah menarik Tari Merang (SMPN 1 Gabus), Tari Sedekah Bumi (SMAN 1 Wirosari), dan Tari Panen Raya (SMPN 4 Purwodadi) juga memeriahkan acara dengan warna dan gerakan mereka yang dinamis.  

Wakil Bupati Grobogan, Sugeng Prasetyo, menekankan pentingnya melestarikan budaya di tengah gempuran budaya asing. Yang mana akhir-akhir ini kian mengikis kecintaan warga terhadap budaya lokal.

 "Anak-anak muda harus bangga dengan budaya sendiri, terutama budaya yang mengajarkan etika dan budi pekerti," ungkapnya. 

Sugeng mengingatkan, anak merupakan generasi penerus bangsa menuju Indonesia Emas 2045, sudah seharusnya orang tua dapat memfilter budaya barat karena menurutnya tidak semua budaya barat baik.

Sementara itu, Kepala Disporabudpar Grobogan, Wahono, menjelaskan, parade ini bukan sekadar hiburan, melainkan bagian dari program pemajuan kebudayaan yang dicanangkan Bupati Grobogan. 

"Ini adalah reinkarnasi budaya dalam bentuk seni pertunjukan, sekaligus wadah kreativitas siswa," jelasnya.  

Selain menjadi upaya pelestarian budaya, lanjut Wahono,  parade seni tersebut juga sebagai ajang kompetisi, dengan penilaian karya, inovasi, penataan musik, dan kekuatan penampilan, sehingga mendorong para peserta untuk dapat menampilkan yang terbaik.  

"Untuk peserta inti ada 12  dan  8 peserta pendukung," ungkapnya. 

Parade seni budaya tersebut sukses membuktikan bahwa tradisi lokal bisa dikemas secara modern tanpa kehilangan rohnya.