Harga jual murah dan sulitnya pemasaran ke luar daerah, menjadi masalah yang kini dihadapi para petambak garam di Demak. Padahal, kualitas garam asal Demak tak kalah dibandingkan hasil daerah-daerah lainnya.
"Ya, mau gimana? Jualnya akhirnya cuma di daerah-daerah Demak saja. Di Jepara tetangga atau Kudus istilahnya cuma nyeberang, kita nggak dapat apa-apa. Yang laku garam krosok dari Rembang, padahal kualitasnya biasa saja. Tetapi, kita sekarang coba menawarkan online mayan," tutur Abdul Salam, salah satu petani garam di Demak saat diwawancarai belum lama ini.
Namun bak simalakama, tantangan bagi para petani garam akan semakin berat waktu musim penghujan tiba. Saat-saat seperti sekarang, petani garam kudu pintar-pintar mengatur produksi demi produksi jalan terus tanpa terhambat musim hujan.
Walhasil produksi dikebut. Demi tuntutan stok garam siap selama musim penghujan, para petani mesti kerja keras memproduksi besar-besaran agar stok tersedia cukup serta tinggal menjual saja.
Karena itu, Abdul Salam berharap pemerintah dapat membantu memberikan pendampingan maupun bantuan demi kelangsungan hidup dan masa depan produksi usaha mereka.
"Mbok menawi (kalau mungkin-red) pemerintah membantu memperkenalkan garam Demak kita sangat senang sekali. Harapan kami, produksi kita laris manis laku dimana-mana. Kami akui sulit terutama dalam memasarkan, kita selalu kalah dengan produk-produk daerah lain. Harga juga berbeda jauh, garam-garam daerah lain lebih mahal ya laku. Sementara kita harganya murah nggak laku," cerita Abdul sambil menceritakan keinginannya.
- Selesai Dibangun, Pasar Purwareja Klampok Siap Beroperasi
- Jelang Nataru, Mbak Ita Kerahkan Camat Turun ke Pasar
- Gandeng Pakar Tata Kota Undip, Upaya Pemkab Demak Bangkitkan Kawasan Segitiga Emas