Warga Meyakini, Merti Desa Tidak Dilakukan Akan Terjadi Pageblug

Warga membawa jolen berisikan makanan lengkap dengan sayur dan lauk serta buah dan sayuran ke balai desa saat digelar merti desa Kemanukan, Kecamatan Bagelen, Purworejo. Budi Agung/RMOLJateng
Warga membawa jolen berisikan makanan lengkap dengan sayur dan lauk serta buah dan sayuran ke balai desa saat digelar merti desa Kemanukan, Kecamatan Bagelen, Purworejo. Budi Agung/RMOLJateng

Tayuban dan wayang kulit menjadi seni pertunjukan yang dipertontonkan kepada masyarakat dalam setiap kegiatan merti desa di Desa Kemanukan, Kecamatan Bagelen, Purworejo. Dua jenis kesenian ini oleh warga dipercaya menjadi tontonan yang disukai oleh leluhur cikal bakal desa tersebut.

Ketua panitia merti desa, Paijo mengungkapkan tradisi itu sudah turun temurun dan tidak diketahui awal pelaksanaannya kapan. Warga sendiri selalu melaksanakan peringatan merti desa itu saban tahun tanpa pernah melewatkannya.

"Dalam selamatan ini ada beberapa rangkaian yang dilakukan mulai dari bersih kubur dan tawu sumur," kata Paijo, Selasa (2/7).

Di hari pelaksanaan, warga akan membawa nasi lengkap dengan sayur dan lauk serta buah-buahan untuk dibawa ke kepala dusun. Di tempat ini, bawaan warga akan dipilih untuk dimasukkan ke jolen yang nantinya akan dibawa ke balai desa.

"Jadi sebagian besar warga membawa makanan itu ke kepala dusun dan dilakukan selamatan tingkat pedukuhan," tambahnya.

Jolen yang disiapkan selanjutnya dibawa ke balai desa, ini sebenarnya menjadi tontonan menarik, karena jolen dibawa dari tiap pedukuhan menuju ke balai desa. 

Hanya saja, sekarang ini untuk membawanya menggunakan kendaraan roda empat. "Hanya pedukuhan terdekat saja yang masih seperti dulu, dipanggul oleh warga," tambahnya.

Warga akan memanjatkan doa bersama sebagai bentuk syukur dan harapan agar Desa Kemanukan senantiasa diberikan limpahan rejeki dan hasil bumi yang baik.

"Setelah doa bersama, akan dilanjutkan dengan tayuban dan wayang kulit dengan lakon Dewi Sri. Di malam harinya juga dilakukan hal yang sama untuk tayub dan wayangnya," jelas Paijo.

Kepala Desa Kemanukan Nur Wijiyanto mengatakan kegiatan merti desa itu memang sudah menjadi agenda wajib di desanya. 

Masyarakat meyakini jika tidak digelar kegiatan tersebut akan terjadi pageblug. "Jadi ini memang rutin dilakukan," kata Nur Wijiyanto.

Bupati Purworejo Yuli Hastuti yang turut hadir dalam selamatan itu menyambut masih lestarinya tradisi di desa tersebut. Hal tersebut menjadi bentuk masyarakat dalam mengungkapkan rasa syukurnya kepada Pencipta.

"Ini juga merupakan sebuah wadah dimana warga masyarakat bisa membina tali silaturahmi, saling menghormati, serta saling tepa selira. Selain sebagai manifestasi rasa syukur kepada Yang Maha Esa, kegiatan seperti ini juga merupakan sebuah perwujudan keselarasan manusia dengan alam," kata Yuli Hastuti.

Bupati memberikan apresiasi kepada seluruh warga Desa Kemanukan, yang masih setia memelihara tradisi yang adiluhung ini. Apabila nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan tersebut benar-benar diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

"Dengan tetap memegang tradisi adiluhung, saya yakin kehidupan masyarakat Purworejo akan semakin damai dan kondusif dalam melaksanakan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan," imbuh Yuli Hastuti.