200 Pesepeda Gobar Napak Tilas Sejarah Pertempuran Lima Hari Semarang

Para perwakilan dari 5 komunitas gowes berfoto bersama usai rapat persiapan akhir Gobar Semar 2022, yang digelar Minggu (13/3).
Para perwakilan dari 5 komunitas gowes berfoto bersama usai rapat persiapan akhir Gobar Semar 2022, yang digelar Minggu (13/3).

Sebanyak 200 orang pesepeda dari 5 komunitas gowes, Minggu (13/3) besok, menggelar gowes bareng (Gobar) bertajuk GobarSemar 2022 (Gowes Bareng Sedulur Komunitas Sepedaan Kota Semarang).


Kelima komunitas itu adalah Komunitas Gowes Katahati, Ronggolawe, Sinwa (Sinar Waluyo), SBCC (Soto Bangkong Cycling Community) dan Photocycle (komunitas gowes para pewarta foto). 

Acara yang diinisiasi Katahati itu, disambut meriah ratusan pesepeda dari empat komunitas lainnya sehingga berlanjut digelarnya gowes bareng ini.

Wahyudin, ketua Katahati menuturkan, titik kumpul dan start dari bundaran Klipang Green dan menyusuri sejumlah rute yang menjadi titik-titik perjuangan pemuda Kota Semarang dan sekitarnya di masa pendudukan Jepang dalam Pertempuran 5 Hari di Semarang. 

Chandra AN, Ketua Photocycle, penggagas rute napak tilas ini mengatakan, Gobar melintasi TPU Ketileng,  tempat Sayuto, anggota PETA dan tokoh Pertempuran 5 Hari Semarang dimakamkan. Sayuto dikenal sebagai salah satu tokoh jagal tentara Jepang.

Kemudian, Bukit Tegal Kangkung, pada April 1946 adalah tempat pengintaian pejuang RI terhadap kedudukan dan aktifitas tentara Belanda yang menguasai Kota Semarang. Para pejuang yang bermarkas di Bukit Tegal Kangkung ini menamakan markasnya MEDAN TENGGARA. Karena letaknya di tenggara Kota Semarang dan dulu masih ikut wilayah Mranggen. Pada tanggal 3 April 1946, Belanda menghujani Medan Tenggara dengan peluru artileri meriam hingga membuat kedudukan markas hancur. Banyak pejuang yang terluka dan gugur.

Tugu Peluru di Markas Medan Tenggara yang berlokasi di Tegal Kangkung, Semarang.

Selanjutnya, Jl. Arteri Soekarno-Hatta yang jadi Rute Gerilya Pasukan Gerilya Kota dan Sungai Banjir Kanal Timur sebagai Garis Batas Demarkasi. Lalu, Jl. Citarum (Kali Progo) tempat pasukan pemuda dan rakyat Semarang menembaki pasukan jepang yang bertahan di Setilahan (sekarang SMPN 6 Semarang) - Jl. Widoharjo - Kampung Batik (kiri) pernah menjadi tempat atau basis rencana penyerbuan dalam Serangan Oemoem yang direncanakan Budhanco Moenadi pada Pertempuran 5 Hari Semarang 16 Oktober 1945. Serangan Oemoem gagal dilaksanakan karena keburu ketahuan Jepang dan Kampung Batik dibakar.

 

Kemudian, Jl. Karangdoro (Raden Patah). Terdapat Kampung Bedug dan Kampung Gedongsari, kampung tempat mengungsikan warga kampung Batik sebelum serangan umum. Seorang warga Kampung Bedug Ridkhon tewas ditembak kepalanya oleh tentara Jepang dari atas menara gereja Gedangan, saat menjelang shalat dhuhur. Jenasahnya dimakamkan di belakang masjid Kampung Bedug. 

Selanjutnya, Jl. Ronggowarsito. Gereja Gedangan, dulu ketika Pertempuran 5 Hari meletus sempat dikuasai tentara Jepang (Kidobutai) - Jl. Cinderawasih - Jl. Mayjen Soeprapto - Jl. Pemuda. Jembatan Berok, dulu merupakan tempat tentara Jepang mengumpulkan para pemuda Semarang dan membunuhnya.

Lalu, Gedung Papak atau Gedung Pajak, tempat Sayuto menemukan warga Jepang dan dibunuh - Gedung Kampus Fakultas Hukum Untag Semarang, tempat bersejarah Pembacaan Naskah Proklamasi pertama kali di Kota Semarang oleh Mr Wongsonegoro (wakil Residen Semarang). Nama gedung ini dulunya Javahokookai - Markas Angkatan Muda atau dulu dikenal Bodjong 87-89. Terletak di sebelah Dealer Yamaha Jalan Pemuda. Dulu tempat berkumpulnya para pemuda yang tergabung dalam Angkatan Muda Semarang dan mengatur strategi pengamanan Kota Semarang saat meletus Pertempuran 5 Hari.

Lanjut ke Kantor Denpom IV/5 Semarang (kanan), dulu dikenal dengan nama Gedong Kaca -  Lawang Sewu, dulu Kantor Perkereta Apian dan markas pemuda yang tergabung dalam Angkatan Muda Kereta Api - Gedung Museum Mandala Bhakti dulu Markas Polisi Istimewa Indonesia. Saat meletus Pertempuran 5 hari juga menjadi sasaran pembersihan. Ada banyak Polisi Istimewa gugur dan dimakamkam dalam satu liang di TMP Giri Tunggal Semarang - Jl. Mgr Soegijapranata. Kampong Bulu Stalan, dulu pemudanya dikenal sebagai para pejuang dengan tokohnya Thoyib Ikhsan (rumahnya Penjahit Gaya Jl Suyudono). Di kampung Bulu Stalan juga terdapat pejuang keturunan Tionghoa bernama Ko Siang Bo yang ditembak Jepang dan dimakamkan di TMP Giri Tunggal. 

Kemudian, Jembatan Banjir Kanal Barat tempat Pemuda mencegat Jepang yang masuk dari wilayah Barat (melarikan diri dari Kendal / Pabrik Gula Cepiring), dilanjut LP Wanita Bulu, dulu saat Pertempuran 5 Hari dijadikan tempat menawan Jepang oleh Pemuda. Saat Jepang membabi buta membunuh tiga anggota BKR (R Bisoro, Taman, Ngasman) di markas BKR Tlogobayem (Gedung Kampus Unisbank), dilakukan pembalasan dendam oleh teman-teman R Bisoro anggota BKR. Mas Niti Atmodjo yang melakukan pembunuhan atas puluhan tentara dan warga sipil Jepang yang ditawan di LP wanita Bulu. 

 

Masuk Jl. Pahlawan. Bundaran Pahlawan, tempat dr Kariyadi dicegat dan ditembak tentara Jepang saat hendak memeriksa Tandon Air Wungkal yang dikabarkan diracun Jepang.

Gobar finish di Taman Makam Pahlawan (TMP) Giri Tunggal dulunya merupakan tempat untuk melakukan pencegatan tentara Jepang yang ditawan di Asrama Pelayaran dan melarikan diri saat awal Pertempuran 5 Hari. Ada beberapa Jepang yang tertangkap pemuda Gergaji dibawah pimpinan Wuryanto dan dieksekusi di tanjakan Siranda.

"Di sini, perwakilan pesepeda melakukan ziarah dan tabur bunga ke makam para pemuda dan prajurit yang gugur dalam pertempuran merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI," ujar Chandra, usai rapat persiapan akhir GobarSemar 2022, Sabtu (12/3).