Program vaksinasi dari pemerintah hingga saat ini masih terus berjalan. Di Kota Semarang, untuk pelayan publik yang mendapatkan jatah vaksinasi di awal tahun 2021 hingga saat ini sudah mencapai 90% pelaksanaannya, sedangkan untuk lansia yang saat ini sedang menjadi prioritas, pelaksanaannya mencapai 65% dari total 430 ribu yang sudah divaksin di Kota Semarang.
- Antisipasi Penyebaran Covid, Wali Kota Semarang Minta Pelindo Direct Kapal Singapura
- Berhasil Turunkan Angka Stunting, Kota Semarang Banjir Pujian
- Vaksin BUMN Berpeluang Diekspor
Baca Juga
Program vaksinasi dari pemerintah hingga saat ini masih terus berjalan. Di Kota Semarang, untuk pelayan publik yang mendapatkan jatah vaksinasi di awal tahun 2021 hingga saat ini sudah mencapai 90% pelaksanaannya, sedangkan untuk lansia yang saat ini sedang menjadi prioritas, pelaksanaannya mencapai 65% dari total 430 ribu yang sudah divaksin di Kota Semarang.
Meski telah dilakukan vaksin hingga dosis kedua, bukan berarti orang tersebut akan kebal dan tidak akan bisa terinfeksi virus corona. Orang yang telah divaksin masih bisa terpapar jika meninggalkan protokol kesehatan dengan tidak memakai masker diluar rumah, tidak sering mencuci tangan, tidak menjaga jarak, berkerumun hingga memiliki mobilitas yang tinggi.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M. Abdul Hakam menyebut, ada 667 kasus baru yang diketahui sudah mendapatkan suntikan vaksin baik dosis pertama maupun sudah sampai dosis kedua.
Dikatakan, menurunnya prokes pada orang yang telah divaksin mengakibatkan mereka bisa terpapar. Meski dengan gejala ringan, tambah Hakam, namun vaksin bukan obat dari virus covid-19.
"Dosis 1 yang terpapar 350 orang, dosis 2 yang terpapar 317 orang sehingga totalnya 667 kasus, yang meninggal 20 orang dari 19 orang yang baru menerima suntikan pertama dan 1 orang menerima hingga suntikan kedua, rata-rata lansia dengan komorbid," jelas Hakam, Rabu (19/5).
Hakam menyebut, rata-rata orang yang terpapar meski sudah mendapat vaksin adalah para lansia dan juga memiliki penyakit bawaan atau komorbid. Selain itu orang-orang dengan mobilitas tinggi seperti pekerja BUMN dan Akademisi tercatat juga banyak terpapar meski telah divaksin.
"Nantinya saya akan mengusulkan untuk lansia yang layak vaksin harus ada rekomendasi dari dokter spesialis, lalu dilakukan minimal swab antigen supaya tahu kalau kondisinya memang betul-betul fit tidak ada virus di tubuhnya, untuk usia produktif tidak boleh memiliki komorbid dan minimal harus swab antigen dulu, ini nanti akan kami usulkan ke Kementerian Kesehatan," paparnya.
Sebaran vaksinasi di kota Semarang, lanjut Hakam, memang belum merata. Saat ini jumlah yang divaksin dengan yang terpapar adalah 0,2%, dan mereka yang terpapar didominasi oleh lansia. Namun, imbuhnya, efektivitas dari vaksinasi terbilang bagus, bahkan telah disampaikan oleh Kementerian Kesehatan bahwa efektivitasnya hingga 93%.
"Namun dilihat masing-masing per kecamatan dan kelurahan masih naik turun, misalnya genuk ini masih rendah masih 22% tapi ada yang sudah 70-80%. Tapi angka itu masih untuk lansia dan petugas publik, masyarakat umum yang juga rentan itu kan juga belum divaksin, ketika nanti sudah dilakukan vaksinasi harapannya angka yang terpapar turun, yang masuk rumah sakit turun termasuk yang meninggal juga turun." pungkasnya. [sth]
- Gibran Bagikan Bantuan 620 Oxygen Concentrator Untuk 6 Kabupaten Soloraya
- Polres Salatiga Jemput Bola Gelar Vaksinasi Massal di Masa PPKM Darurat
- RSUD Kartini Tawarkan RS Berkonsep Wisata Kesehatan