Upaya untuk menyelesaikan konflik di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, dapat dilakukan dengan duduk bersama dalam satu meja para pihak yang pro dan kontra penambangan quari untuk proyek Bendungan Bener.
- Datangi KPU Purworejo, FKDM Sampaikan Potensi Kerawanan Pilbup
- Resmi, Putri Akbar Tandjung Jadi Anggota DPRD Kota Solo
- Awasi Proses Pencalonan Caleg DPRD, Bawaslu Batang Beri 13 Imbauan ke KPU dan Parpol
Baca Juga
"Kasus Wadas menunjukkan itu konflik lingkungan yang merembet menjadi konflik sosial. Ada pihak yang pro dan kontra dengan penambangan quari untuk proyek pembangunan Bendungan Bener. Konflik ini harus dicarikan resolusinya agar tidak berdampak luas dan tidak melebar kemana-mana," ujar Ketua Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Katholik Soegijapranata Semarang, Prof Andreas Lako, menjawab RMOL Jateng, Kamis (10/2).
Guru Besar Fakultas Ekonomi Unika Soegijapranata Semarang itu mengatakan, sebagai proyek strategis nasional (PSN) kehadiran aparat keamanan dimungkinkan karena sebagai bagian untuk mengamankan objek vital nasional.
"Kehadiran polisi juga untuk mengantisipasi adanya kemungkinan konflik sosial meluas antara warga yang pro dan kontra," tegas Lako.
Lako juga mengapresiasi langkah gubernur yang langsung menemui warga untuk mengetahui langsung kondisi di lapangan. Respon cepat Kapolda Jateng yang segera membebaskan warga yang diamankan polisi juga patut diapresiasi untuk mendinginkan suasana.
"Apalagi Pak Ganjar juga siap berdialog dengan Komnas HAM terkait konflik Wadas, ini resolusi yang sangat tepat," ujarnya.
Sebagai wakil pemerintah, Gubernur harus menjelaskan kepada warga tentang tujuan pembangunan Bendungan Bener. Sebagai PSN, Bendungan Bener memberi manfaat jangka panjang bagi rakyat. Bukan saja untuk pertanian, tapi juga dampak sosial ekonomi lainnya bagi bangsa ini
"Persoalannya, pendekatan kepada kelompok warga yang masih menolak harus dilakukan secara bijak dan humanis, sehingga aparat keamanan tidak terkesan otoriter," tandasnya.
Sementara itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, pihaknya terus memonitor konflik di Wadas. Pada Rabu siang, dengan dua unit bus yang disewanya, puluhan warga Wadas telah pulang ke desanya.
Sebelum pulang, warga sempat berkomunikasi dengan dirinya lewat video call. Satu diantaranya dengan Nurhadi, warga penolak penambangan quari yang videonya viral ketika ditangkap polisi.
"Saya sempat video call, karena ada beberapa teman yang di sana, satu namanya kalau tidak salah pak Nurhadi. Itu yang digambar digotong-gotong ditarik-tarik itu, terus Pak Nurhadi bilang 'saya yang viral itu lho pak'," kata Ganjar.
Dalam obrolan daring itu Ganjar menanyakan kesehatan Nurhadi dan warga lainnya. Jika ada keluhan sakit, ia meminta agar warga diperiksakan ke rumah sakit.
Obrolan berlanjut hingga warga mengatakan tidak mau diantar dengan mobil polisi. Ganjar kemudian menawarkan diantar dengan bus. Warga ternyata bersedia.
Dikonfirmasi terkait adanya video warga Wadas main biliar di kantor polisi, Ganjar mengaku juga mendapatkan video tersebut. Ia mengapresiasi Polres Purworejo yang memperlakukan warga dengan baik.
"Saya juga menyampaikan terimakasih karena mendapatkan video kemarin selama mereka diamankan itu main biliar, tertawa gitu. Suasananya tidak ditekan jadi penting juga publik untuk tahu," katanya.
Selanjutnya Ganjar akan mereview pendekatan kepada warga. Menurutnya, tidak boleh lagi ada tindak kekerasan dalam penyelesaian masalah.
"Yang jelas kita review ulang agar dalam melakukan pendekatan nanti tidak ada kekerasan," pungkasnya.
- Pilbup Purworejo Memanas: Intens Komunikasi, Partai Akan Deklarasi Koalisi Jelang Pendaftaran
- Lutfi Janjikan Buruh Dapatkan Jaminan Kesejahteraan
- JMSI Jakarta Soroti Sosok Calon Pemimpin Jakarta