BOTOH Miliki Kontribusi Positif Dalam Pilkada

BOTOH mempunyai kontribusi positif dalam upaya perbaikan kualitas berdemokrasi.


"Figur botoh tidak seram, dia orang biasa dan punya pendidikan terhormat seperti politisi, termasuk penyelenggara pemilu," kata Fitriyah pada ujian promosi Doktor dalam disertasi Botoh Dalam Pilkada" di Gedung Pascasarjana  Undip Semarang.

Menurutnya, Botoh dalam pilkada tidak bersifat tunggal, akan tetapi sebuah group atau tim yang bekerja  dengan membentuk jaringan, baik secara horisontal maupun vertikal.

"Untuk jaringan horisontal terbentuk antar sesama Botoh yang berkontribusi untuk saling menyebarkan dan mengabarkan tempat pilkada, sedangkan jaringan vertikal berfungsi sebagai mesin politik Botoh yang ditopang oleh hubungan kilentelis atar pemodal besar dan menengah sebagai operator lapangan,’’ paparnya.

Sedangkan salah satu strategi pemenangan, kata Fitriyah, Botoh memanfaatkan media jagongan di warung-warung, tempat orang berkumpul yang merupakan media penyebaran paling efektif.

"Bisnis botoh dalam pilkada adalah penjual jasa keuangan informal, yakni sebagai pemodal politik calon yang spesifik untuk biaya politik uang yang melibatkan Botoh besar dengan melibatkan politisi dan penyelengaran pemilu," papar dosen Fisip Undip ini.

Botoh sendiri sudah eksis sejak adanya pelaksanaan pilkades yang akhirnya merebak ke pilkada. Hal ini bisa dimaklumi karena calon membutuhkan biaya politik dalam jumlah besar, terutama untuk politik uang.

Kondisi ini, lanjut Fitriyah, menimbulkan gap antara kebutuhan biaya pilkada dan kemampuan pembiayaan calon, yang akhirnya gap ini diisi oleh Botoh sebagai pemodal.

Diakui, kalau secara kasat mata bisnis ini tidak mudah diidentifikasi  siapa saja botoh yang hadir dalam pilkada.

Ciri ini ditandai dengan terbangunya relasi  calon dan Botoh tidak dilatari oleh adanya pemasaran jasa yang terbuka oleh pihak Botoh yang jamak dilakukan oleh lembaga riset  opini tingkat lokal maupun nasional.

"Sebagai pemodal politik, botoh  berperilaku raional dan tidak masuk pada pembiayaan yang tidak terukur hasilnya, karenanya Botoh menolak pembiayaan untuk proses pencalonan seperti  mahar politik dan kampanye," lanjut istri Ayub Edi Purnomo, kader Nasdem Jateng ini.

Ujian promosi  Doktor Ilmu Sosial Fitriyah dengan tim promotor Prof. Nurdien Harry Kistanto itu juga disaksikan ketua KPU Pusat Arief Budiman, Ketua DPW Nasdem Jateng Maharso dan sejumlah politisi.