Dampak Pasar Online, Pasar Tradisional Kota Rembang Sepi Pengunjung

Kondisi pasar Kota Rembang sepi pengunjung, Kamis (14/9). RMOL Jateng
Kondisi pasar Kota Rembang sepi pengunjung, Kamis (14/9). RMOL Jateng

Maraknya toko online berdampak pada sejumlah pedagang di pasar Kota Rembang. Pedagang mengaku mengalami penurunan omzet hingga 60 persen sehingga banyak pedagang menutup sejumlah kios.


Seperti dialami salah satu pedagang pakaian, Sutono sudah berdagang pakaian selama 15 tahun, namun kini penjualannya merosot. 

Kendati demikian, ia tak sepenuhnya menyalahkan konsumen jika beralih berbelanja di toko online karena harga murah. Sementara di pasar lebih mahal karena faktor kualitas. 

"Para pedagang yang sebelumnya bisa membayar para karyawannya, kini hanya bisa gigit jari karena omset turun drastis. Bahkan tak bisa membayar para karyawannya. Adapula pedagang yang memilih menutup kiosnya karena gulung tikar,” kata dia.

Para pedagang berharap pemerintah bisa mengkaji ulang kebijakan belanja live di toko online di media sosial. Menurutnya, cara berjualan seperti itu merugikan pedagang tradisional. 

Kepala Dinas Perdangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Rembang, Mohammad Mahfudz mengatakan, di era globalisasi seperti saat ini peredaran pasar digital memang tidak bisa dibendung.

"Dengan pasar online masyarakat lebih memiliki keleluasaan dalam perdagangan, namun, tentunya memiliki plus minus, salah satu cara menanggulangi dengan memberikan service lebih kepada pelanggan,"  jelasnya. 

Dia menuturkan, untuk dapat bersainh di era tersebut, baiknya mampu berkolaborasi, selain memiliki lokal di pasar, mampu berdagang via online. 

"Terutama anak muda, harus mampu mengikuti arus globalisasi," imbuhnya.