Dimana Kaki Berpijak, Disitu Ada Grup Dangdut

MESKI segudang kesibukan mengemban amanah untuk menata kota, tidak menyurutkan semangat untuk menyalurkan hobby dan bakatnya.


"Dimana Saya Berpijak, Disitu Ada Grup Dangdut" itulah slogan yang selalu dipegang untuk melepas penat dibalik kesibukannya.

Fajar Purwoto, Kasat Pol PP Kota Semarang telah berhasil membentuk beberapa grup dangdut. Saat bertugas di Dinas Pasar, penggemar Rhoma Irama ini membentuk OM Dipas Kota Semarang.

Begitu juga saat menjabat Kepala Diklat, Sekwan, Diseperindag dan membentuk OM Praja Wibawa di kesatuan yang saat ini dipimpinnya.

Tidak henti-hentinya pria dua anak ini bersyukur, karena diberi amanah oleh pimpinannya untuk menata kota Semarang. Namun dibeberapa jabatan yang diembannya, Kepala Dinas Perdagangan yang dirasa sangat berat.

"Yang paling berat saat saya di Dinas Perdagangan karena harus membangun pasar, membongkar pasar, memasukkan pedagang, membongkar PKL dan harus bersingungan langsung dengan orang-orang yang mencari makan," ujar Fajar.

Apalagi saat keyboardis ini diminta untuk membongkar kios-kios PKL disepanjang Banjir Kanal Timur yang panjangnya mencapai 6,7 kilometer dengan 7.800 PKL.

"Prosesnya memakan waktu lumayan panjang, harus bolak balik bersinggungan dengan para pedagang yang setiap saat berbuat anarkis, tapi alhmadulillah berkat pendekatan yang sangat humanis, kita berhasil meratakan PKL dengan baik dalam kurun waktu 1 tahun 7 bulan," tambahnya.

Keberhasilan itu lanjut Mantan Sekwan DPRD Kota Semarang ini karena menerapkan komunikasi dengan baik, memberikan pengertian.

"Apabila mereka keras, kita mundur, apabila mereka sudah diam kita masuk lagi dan beri pengertian bahwa mereka menempati lahan yang bukan haknya. Seminggu tiga kali saya turun langsung dan alhamdulillah tidak ada persoalan yang berarti. Dan berkat dukungan masyarakat, pembongkaran bangunan PKL sepanjang 6,7 kilometer berhasil dengan baik," ujarnya lagi.

Kemudian saat dipindah ke Satpol PP,  meski berhadapan dengan masyarakat yang mencari makan lewat PKL, tapi tugas itu dianggap sangat ringan.

"Karena Satpol PP bertindak dibawah Perda, sehingga saat melakukan penertiban PKL di jalan protokol tidak ada masalah, karena tugas Satpol PP untuk menegakkan Perda, jadi saat kita membongkar bangunan pun tidak ada beban," tambah pria kelahiran 15 Januari 1964 ini.

The right man n the right place, apa yang dikerjakannya, Fajar menegaskan tidak perlu pujian, saat bersinggungan dengan masyarakat pasti mereka akan memprovokasi, membully itu sudah biasa dan itu sudah menjadi tugasnya.

"Prinsipnya berikan yang terbaik untuk Kota Semarang dimanapun kita menjabat. Kita tidak perlu pujian meski pekerjaan kita dinilai bagus," tandasnya.

Dalam memimpin, Fajar memiliki kiat yang jitu sehingga lembaga yang dipimpinnya loyal terhadap dirinya tanpa harus menekan atau menakut-nakuti.

"Dimanapun saya berpijak, dalam kurun waktu 15 hari, semua staff pasti loyal dengan saya, karena saya memilih pendekatan human personal. Saya mengikuti dinas yang ada daripada orang dinas mengikuti saya. Jadi saya lebih banyak membaur dengan mereka daripada mereka harus saya undang ke ruangan saya," ujarnya berbagi.

Fajar juga menyatakan suka terjun langsung dengan staff, apa yang dilakukan anggota ia mengikuti, saat operasi, mereka naik truk diapun juga naik truk, mereka panas-panasan ia juga ikut panas-panasan.

"Sttaf akan menghargai kita kalau kita mengetahui keinginan mereka saat di lapangan. Dengan begitu anggota juga nyaman dan setiap ada yustisi saya pasti ikut sehingga tanggung jawab di lapangan langsung dalam kendali saya," tandasnya.