Duet Dr Reisa Dan Syafii Efendi Beberkan Pengaruh Pola Sosial Ekonomi Dengan Kanker

Ternyata ada korelasi antara kehidupan atau pola sosial ekonomi dengan penyakit kanker. Semakin banyak manusia memiliki pola hidup yang instan, konsumtif dan selalu mengikuti trend makanan kekinian dan bebas, ia lebih rentan terkena kanker.


Bahkan data dari Kementrian kesehatan menyebutkan kanker payudara menjadi penyakir nomor satu yang dapat merenggut kematian di Indonesia.

Pola sosial ekonomi juga mempengaruhi gaya hidup seseorang yang imbasnya pada kesehatan. Semakin orang tersebut lebih memuaskan dirinya baik itu makanan maupun pola kerja, ia orang pertama yang rentan kena kanker," kata Dr Reisa Broto Asmoro, saat tampil sebagai pembicara dalam acara Seminar Motivasi Nasional Entrepreneur dan Kesehatan se-Semarang di Balairung UPGRIS Semarang, Minggu (11/11).

Ditambahkan presenter acara televisi DR OZ ini, dari data Kemenkes tahun 2014,  jenis kanker yang menjadi penyebab pertama kematian adalah kanker payudara, dengan prosentase 28,7% atau ada 12 ribu pasien kanker. Disusul posisi kedua ada kanker serviks sebesar 12,8% atau sekitar 5,3 ribu penderita.

Kaum muda milenial harus merubah kehidukan sosial ekonominya, terkhusus pola makan. Karena lifestyle dari pola makan dan mager alias males gerak bisa menjadi penyebab utama terkena kanker. Ayo rubah hidup kita, biasakan hidup sehat," Imbuhnya.

Dr Reisa berharap sosialisasi dan pengetahuan tentang kanker bisa dipublikasikan sejak dini, khususnya bagi perempuan. Dimulai dari tingkat pra sekolah dengan diajarka pola hidup dan makan sehat, dinaikkan levelnya untuk siswa SD, SMP hingga SMA.

Selain ada prosesntasi kecil dari genetic, yang perlu dipahami virus kanker sangat mudah masuk, namun kanker bisa dicegah," tandasnya.

Hal senada disampaikan motivator Indonesia Syafii Efendi, generasi milineal saat ini berberkahi dengan banyak teknologi. Namun ada kelemahannya yakni kontrol.

Kelemahan anak muda saat ini adalah kontrol atau penguasaan diri, karena masa depan ada dalam genggaman, tinggal kita mau atau tidak untuk bergerak dan berhasil," kata Syafii Efendi.

Syafii menilai generasi milenial adalah generasi instan yang kurang berjuang atau tidak berproses. Melihat antusias 3000 peserta muda dalam seninar tersebut, Syafii berharap ada komitmen dari pemerintah untuk ikut memfasilitasi sosialsiasi bagaimana agar generasi millenial tangguh.