Imbas Kenaikan BBM, Harga Bahan Pokok di Kota Semarang Tidak Naik Signifikan

Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Semarang mengakui kenaikan harga kebutuhan pokok di Kota Semarang tidak mengalami kenaikan yang signifikan setelah adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).


Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang, Nurkholis mengatakan pihaknya telah melakukan pemantauan harga kebutuhan pokok ke pasar-pasar tradisional. Ia menyebutkan ada enam titik pemantauan yang dilakukan monitoring harga oleh Dinas Perdagangan.

"Beberapa waktu lalu, Pak Menteri Perdagangan juga rawuh ke Semarang untuk melakukan peninjauan harga," kata Nurkholis, Jumat (16/9).

Nurkholis menyebut untuk kenaikan harga beberapa komoditas kebutuhan pokok tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Bahkan untuk harga telur cenderung turun dari yang semula Rp 30 ribu - Rp 31 ribu per kilogramnya menjadi Rp 27 ribu - Rp 28 ribu per kilogram.

Sementara untuk harga cabai memang mengalami sedikit kenaikan dari yang semula Rp 70 ribu per kilogram menjadi Rp 75 ribu - Rp 80 ribu per kilogram.

"Kalau dibanding beberapa waktu lalu cabai sempat mencapai Rp 90 ribu, bahkan Rp 100 ribu, saat ini kenaikannya belum begitu signifikan. Mungkin nanti di minggu-minggu berikutnya seperti apa kami belum tahu," paparnya. 

Pemerintah, lanjutnya akan menyiapkan beberapa skema untuk meringankan beban masyarakat seperti  adanya kegiatan pemberian bantuan, operasi pasar dan program subsidi transportasi. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan harga kebutuhan pokok yang tinggi.

Kabid Pengembangan Perdagangan dan Stabilitas Harga Dinas Perdagangan Kota Semarang, Sugeng Dilianto menambahkan, harga kebutuhan yang mengalami peningkatan harga rata-rata adalah komoditas yang berasal dari luar kota seperti cabai. Pasalnya cabai yang beredar di Kota Semarang rata-rata berasal dari Magelang, Bandungan dan sekitarnya.

"Cabai naik karena jalur distribusinya. Rata-rata kiriman dari luar kota. Ada cost distribusi. Sehingga, mengalami kenaikan" kata Dili, sapaannya. 

Sementara komoditas yang berasal dari dalam Kota Semarang harganya cenderung stabil, misalnya saja telur. Di Semarang telur yang beredar berasal dari wilayah Mijen dan Gunungpati.

“Kami juga telah melakukan rapat koordinasi di internal pemkot untuk selalu melaporkan ketersediaan dan harga bahan pokok di Semarang,” tandasnya.