Jadi Percontohan Pemanfaatan Pariwisata, Pemkot Semarang akan Benahi Kawasan Kota Lama

Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang akan melakukan pembenahan infrastruktur di kawasan Kota Lama Semarang. 


Hal ini dilakukan oleh Pemkot Semarang menyusul dijadikannya kawasan Kota Lama sebagai percontohan pemanfaatan ruang berkelanjutan yang berwawasan budaya, oleh In Journey Holding BUMN di bidang pariwisata.

Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang, Nik Sutiyani mengatakan pihaknya kan melakukan penataan dan pembangunan infrastruktur di kawasan Kota Lama. 

Sementara In Journey akan membantu dalam hal pengelolaan dan pengembangan pemanfaatan bangunan bersama beberap vendor.

Ia mengatakan dalam pengembangan bersama In Journey ini tang berbeda hanya penataannya saja, sementara bangunan Kota Lama tetap sama. 

Pihaknya melakukan pendataan ada sekitar 250 bangunan yang bernilai sejarah di kawasan Kota Lama. Namun hingga saat ini dinas terkait baru merawat sekitar 116 bangunan.

“Kota Lama Semarang memiliki nilai historis tinggi dari bangunannya, karena sejak abad 17 sampai sekarang tidak ada perubahan. Baik bangunan hingga jalan di kawasan Kota Lama Semarang,” kata Sutiyani, Kamis (1/12).

Pemkot Semarang, lanjutnya, kerjasama dengan In Journey terkait dengan pengembangan Kota Lama ini memang sudah ditunggu. Ia menyampaikan proses pembenahan Kota Lama ini terbilang cukup lama yakni sejak tahun 2000.

Kala itu, pembenahan Kota Lama dilakukan setelah Pemkot Semarang mendapat bantuan dari Bank Dunia untuk pengentasan banjir yang ada di kawasan Kota Lama. 

Melalui bantuan tersebut akhirnya dibangun Polder Tawang sebagai penampung air di kawasan tersebut. Selain itu juga ada bantuan pavingisasi dan program dari Kementerian PUPR pada tahun 2003 yang juga dilakukan di Kota Lama.

“Pada tahun 2016 kawasan ini dapat anggaran Rp 250 miliar dari pemerintah pusat. Dana itu untuk beberapa program yaitu drainase, rumah pompa, museum, site furniture hingga ducting,” jelasnya.

Konsep infrastruktur yang dibuat di Kota Lama sendiri adalah dirancang untuk para pejalan kaki. Inilah yang membuat akses untuk kendaraan memang sengaja dipersempit untuk mengurangi jumlah kendaraan yang masuk. 

Sutiyani mengatakan konsep ini sengaja diusung karena usia bangunan di Kota Lama sudah cukup tua.

“Kami tidak mau bangunan berusia ratusan tahun di sini rusak, karena getaran yang disebabkan oleh banyaknya kendaraan yang melintas. Menjaga dan merawat kawasan Kota Lama Semarang memang menjadi fokus kami,” paparnya.

Sementara itu. Anggota Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang dari Distaru Kota Semarang, Transiska sangat mendukung kerjasama antara In Journey dengan Pemkot Semarang untuk mengembangkan potensi wisata di Kota Lama. Hal ini ditunjukkan dengan melakukan percepatan perizinan sert produk tata rencana kota.

“Kami melakukan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) untuk situasi Kota Lama Semarang. Di dalam RTBL akan mengakomodir sistem kerjasama dan akan ditindaklanjuti dengan Perwal,” bebernya.