Kampanye, Lahan Basah Uang Lelah

Menjelang masa kampanye, pengrajin pakaian sablon memperoleh banyak sekali pesanan kaos kampanye. Pesanan tersebut, biasanya diterima dari banyak pemesan.


Hal itu diungkapkan oleh salah satu pengusaha sablon Sumber Barokah Mandiri (SBM), Kristanto kepada RMOL Jateng.

Kristanto mengatakan pesanan kaos dan stiker kampanye bisa sangat banyak saat menjelang hari kampanye. Bahkan, pesanan bisa mencapai puluhan ribu.

"Kalau pesanan biasanya bisa sampai 10 ribu potong. Namun biasanya kami terima pesanan dari tangan kedua, bukan langsung pemesan. Kami minta DP (down payment) hingga 70% harga kesepakatan. Setelah selesai, sisanya baru dilunasi," kata dia, Rabu (14/2).

Kristanto menjelaskan, pesanan kaos kampanye bisa mencapai ratusan ribu potong. Namun, pesanan tersebut dibagi- bagi ke banyak pengusaha dengan alasan waktu.

"Jadi, kalau bisa dibuat banyak orang bisa selesai pada waktu yang ditentukan. Jadi rame- rame vendornya," imbuhnya.

Tak hanya itu, Kristanto mengatakan tak hanya mendapat pesanan dari satu pasangan calon saja. Bagi dia, semua pesanan asal bisa dikerjakan pasti dikerjakan.

"Kalau deadline meungkinkan kami kerjakan, pasti kami terima," kata dia.

Dia menegaskan, dengan sistem kerja maksimal pesanan bisa diselesaikan dalam waktu dua minggu. Dalam mengerjakan peanan minimal dikerjakan oleh empat orang.

Sementara itu, Kristanto juga mengungkapkan, untuk efisiensi kerja kebanyakan pengusaha sablon menerapkan metode sublim. Bagi dia, teknik tersebut bisa mengefisiensi waktu kerja. Selain itu, hasilnya juga maksimal.

"Kalau untuk jenis kain biasanya yang dipesan adalah hyget, atau orang sering bilang saribgan tahu. Kalau yang lebih tinggi, pakai bahan PE atau Cotton, atau combed," imbuhnya.

Kristanto juga menerangkan, hal yang sama berlaku pada produksi stiker kampanye. Namun, bagi dia produksi stiker hanya dapat meraup laba sedikit. Berbeda dengan kaos yang bisa memberikan laba hingga 30% biaya produksi.

"Jadi misal orderan 10 ribu potong harga 1 potong Rp 10 ribu, kita bisa hitung hasilnya," katanya.

Meski demikian, Kristanto juga mengungkapkan kalau kekurangan bayar biaya produksi kaos kadang susah ditagih. Bahkan, Kristanto mengaku pernah hasil kerjanya tidak terbayar. Namun demikian, dia menganggap bahwa itu merupakan resiko kerja dan diikhlaskan.