Kartu tani tidak bisa digunakan membeli pupuk bersubsidi, ratusan petani desa Sedayu, Jumantono 'gerudug' balai desa setempat, Jumat (24/11).
- Di Klaten, Polda Jateng Distribusikan 380 Ton Beras
- Bank Indonesia Gelar Capacity Building Pengrajin Batik Tegalan Agar Mendunia
- Saut Situmorang: KPK Harus Bisa Netral
Baca Juga
Lebih dari 200 orang pemegang kartu tani di kawasan tersebut meminta kejelasan kenapa kartu taninya tidak tak bisa dipakai membeli pupuk subsidi. Mereka tergabung dalam lima kelompok di bawah Gapoktan Margo Mulyo.
Mereka datang sambil membawa kartu tani, cetak bukti pembayaran PBB, KTP dan KK.
Ketua Gapoktak Margo Mulyo, Sularno mengaku para petani tak bisa mengambil jatah pupuk meskipu memiliki kartu. Bahkan oleh karyawan di kios pupuk lengkap (KPL), petani justru diminta mengurus kartunya ke BRI dan PPL.
"Sudah dicek enggak ada masalah. Kartunya aktif. Tapi kenapa saat digesek ke mesin buat mau beli pupuk di kios, keterangannya 'kartu tidak ditemukan'," jelas Sularno.
Hal tersebut sudah berlangsung lebih dari dua tahun sejak program kartu tani digulirkan. Imbasnya mereka tidak bisa membeli pupuk subsidi.
"Terpaksa petani membeli pupuk non subsidi dari luar KPL-nya. Per sak urea ditebus Rp350 ribu dari seharusnya harga subsidi Rp135 ribu. Sedangkan phonska non subsidi mencapai Rp600 ribu per sak," paparnya.
Menurutnya pembelian ke KPL biasanya tiga kali untuk memulai tanam. Namun tidak berfungsi karena kartu bermasalah.
Dalam forum yang dihadiri juga oleh petugas BRI, PPL, admin kartu tani Kabupaten Karanganyar, agen pupuk subsidi dan Pemdes Sedayu terungkap jika sebagian kartu tani dititipkan ke KPL.
Agen pupuk subsidi, Wahyu mengaku tak tahu akar permasalahan kisruh kartu tani. Ia hanya menyalurkan jatah pupuk subsidi KPL sesuai RDKK.
"Kalau dari saya sendiri pengiriman ke kios (KPL) lancar enggak ada masalah," lanjutnya.
Admin Kartu Tani Kabupaten Karanganyar, Mujahid Hasyim Ashari sebut permasalahan penyaluran pupuk subsidi bersistem kartu tani di Desa Sedayu diupayakan selesai bulan ini.
Setelah dicari permasalahannya ternyata kartu tani dan buku rekening BRI ada sebagian yang belum tersalurkan ke petani. Kemungkinan lain petani kurang paham memakai kartu tani, karena ada kode khusus yang harus dimasukkan ke mesin EDC.
Kode pupuk tanaman pangan dengan horti beda. Jika salah memasukkan tidak akan bisa muncul, dan petani mungkin belum paham.
"Lalu sebagian petani belum ambil buku rekening dan kartu padahal sudah diterbitkan," imbuhnya.
Untuk itu ada baiknya petani yang menitipkan kartunya ke KPL supaya dilengkapi berita acara kelompok dan diketahui PPL.
- Wabin Rutan Salatiga Ikuti Pembinaan Rohani
- Cek Pos, Kapolres Dan Bhayangkari Wonogiri Beri Bingkisan Ke Petugas
- Semarang Utara Diprediksi Tenggelam Lebih Cepat