Kementerian Pertahanan di era Prabowo Subianto telah membelanjakan sekitar Rp500 Triliun untuk pemberian Alat Utama Sistem Persenjataan (alutsista) sebagai upaya menghafapi ancaman dan perubahan geopolitik dan geostrategis global dan regional.
- Gibran Suksss Bangun Solo Techno Park Jadi Inkubator Tingkat Nasional
- Gibran Buktikan Tegas Berantas Korupsi
Baca Juga
Tujuannya memastikan Tentara Nasional Indonesia (TNI) memiliki kekuatan dan kesiapan operasional baik dalam menghadapi potensi ancaman terus berubah sesuai dinamika geopolitik dan geo-strategis global dan regional.
Dalam RAPBN 2024, Kemenhan dijadwalkan menerima anggaran Rp135,45 Triliun, menegaskan komitmen terhadap pembelaan kuat. Selama kepemimpinan Prabowo, anggaran Kemenhan melonjak 18,63 persen secara tahunan pada 2020 menjadi Rp136,9 Triliun, dan total anggaran periode 2020-2024 bisa mencapai hampir Rp700 Triliun.
Prabowo telah memprioritaskan pembelian berbagai alutsista, termasuk pesawat tempur Rafale dari Dassault Aviation, pesawat tempur F-15EX produksi Boeing, kapal selam Scorpene dan helikopter angkut berat H225M.
Hal ini adalah bagian dari upayanya untuk memperkuat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kedelapan helikopter H225M, misalnya, dikenal sebagai helikopter aman, andal, dan serbaguna, dilengkapi dengan fitur canggih seperti desain modular, avionik canggih, dan pembangkit listrik Turbomeca MAKILA 2A1 generasi baru.
Tidak hanya mengandalkan produk impor, Prabowo juga berkomitmen memaksimalkan produk dalam negeri dalam mendukung pertahanan tanah air.
Ia telah mendorong percepatan pembangunan industri pertahanan dalam negeri dengan mendorong pengadaan alutsista TNI diproduksi oleh industri pertahanan dalam negeri seperti PT Pindad, PT PAL dan lainnya.
Hasilnya, Kemenhan telah berhasil merebut juara kedua atas belanja Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) Tingkat Nasional pada Juni 2023.
Namun, kebijakan pemilihan alutsista Prabowo tidak luput dari kritik. Capres lain dalam debat Pemilu 2024 menyoroti masifnya pembelanjaan alutsista, terutama berstatus bekas.
Mereka menilai anggaran Kemhan bisa lebih diefektifkan untuk perkuatan pertahanan lainnya atau untuk kesejahteraan prajurit.
Meski demikian, Prabowo berpendapat lebih dari separuh belanja alutsista di dunia menggunakan armada bekas, melihat lamanya masa tunggu pembelian alutsista baru dan penyesuaian dengan teknologi tempur dunia terkini.
Prabowo telah menandatangani nota kesepahaman untuk pembelian pesawat tempur F-15EX dari Amerika Serikat dan kontrak akuisisi 42 pesawat tempur Dassault Rafale dari Perancis.
Selain itu, Kemenhan juga menandatangani kontrak untuk penyediaan fregat dengan Fincantieri Italia dan pemesanan pesawat Airbus A400M. Namun, beberapa pembelian alutsista seperti Jet Mirage 2000-5 bekas dari Qatar ditunda karena keterbatasan kapasitas fiskal.
Di tengah semua ini, Prabowo tetap bertekad untuk memperkuat pertahanan Indonesia dengan alutsista yang modern dan mandiri. Komitmen ini mencerminkan visinya tentang sebuah Indonesia tidak hanya kuat dan mandiri dalam hal pertahanan, tetapi juga berdaya saing dalam industri pertahanan global.
- Gibran Suksss Bangun Solo Techno Park Jadi Inkubator Tingkat Nasional
- Gibran Buktikan Tegas Berantas Korupsi