Kementerian PPPA dan Pemkot Semarang Komit Tuntaskan Persoalan Perempuan dari Hulu ke Hilir

Komitmen yang tinggi dari Pemerintah Kota Semarang terhadap penanganan isu perempuan dan anak menarik perhatian Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga untuk kembali berkunjung ke ibu kota Provinsi Jawa Tengah.


“Saya sering datang ke Kota Semarang, mudah-mudahan tidak membosankan. Karena memang membahas isu mengenai perempuan dan anak, ini kan isu yang sangat kompleks. Komitmen yang luar biasa terhadap isu perempuan dan anak di Pemerintah Kota Semarang, itulah yang membuat saya sering datang ke sini,” ujar Bintang saat memberikan sambutan dalam Workshop Rorokenes di Ngesrep, Kecamatan Banyumanik (20/2).

Dirinya kembali menyampaikan bahwa KemenPPPA mendapat 5 arahan dari Presiden. Dan pemberdayaan perempuan menjadi hulu dari penyelesaian masalah lainnya. “Kami di kementerian ini, diberi 5 arahan dari Bapak Presiden. Salah satu arahannya, bagaimana memberdayakan perempuan di bidang kewirausahaan yang berspektif gender. Nah, kami melihat, ini adalah hulu dari penyelesaian isu-isu lainnya,” terangnya.

“Sangat menarik yang di Kota Semarang ini yang diberdayakan adalah ibu-ibu yang anak-anaknya berkebutuhan khusus dan terdapat 25% penyintas KDRT. Dan itu memang kami banget. Kami ingin melihat bagaimana ibu-ibu yang boleh dikatakan sebagai penyintas ini bisa mandiri. Mbak Syanaz, saya terima kasih banyak, kalau cuma bicara pendampingan dari ekonomi, dari sisi bisnis saja tanpa ada background motivator, tidak akan bisa membuat ibu-ibu ini bisa survive,” tambahnya.

KemenPPPA sendiri juga sudah menyiapkan program untuk mempermudah monitoring agar bisa tercapainya penyelesaian persoalan perempuan dari hulu ke hilir. “Kami juga sekarang mengembangkan yang namanya Desa Kelurahan Ramah Perempuan Peduli Anak. Peraturan, regulasi, dan kebijakan sejauh mana dari pemerintah memberdayakan perempuan serta memberi perlindungan terhadap perempuan dan anak, itu strategi yang kita bangun. Karena sejatinya lingkup yang paling kecil, tadi kata kuncinya monitoring menjadi sangat penting. Konsep hulu ke hilir untuk mencapai tujuan harus dipikirkan secara komprehensif,” ucapnya. 

Sementara itu, Wali kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengapresiasi pemilik Rorokenes,  Syanaz Nadya Winanto dengan kiprahnya turut andil dalam pembinaan kelompok subsisten Asmaradhana. “Mbak Syanaz bukan hanya kebanggaan Bank Indonesia saja, tetapi juga Kota Semarang. Beliau sangat luar biasa, pernah waktu itu di Rusia produknya ditahan tidak boleh masuk. Karena waktu itu dikira palsu, dikira produknya Bottega Veneta,” tutur perempuan yang akrab dipanggil Ita.

17 Ibu-ibu dari kelompok subsisten Asmaradhana sendiri sudah mendapat 2 tahun pendampingan. Pendampingan tersebut mulai dari Bank Indonesia, Syanaz Nadya Winanto, hingga Pemerintah Kota Semarang. Dengan harapan bahwa Ibu-ibu ini nanti tidak hanya berhenti untuk memberdayakan keluarganya, tetapi juga memberdayakan lingkungan sekitar.