Ketua Pusat Koperasi Tempe (Puskopti) Jateng Sutrisno Supriantoromengakui masih ada Pemerintah Daerah (Pemda) 'cuek' terhadap kondisi pengrajin tempe dan tahu.
- Warga Grobogan Keluhkan Kelangkaan Gas Elpiji 3 Kilogram
- Dorong Kebangkitan Ekonomi, Periswara Gelar Bazar UMKM
- Nasmoco Optimistis Capai Target Penjualan di 2023
Baca Juga
Ketua Pusat Koperasi Tempe (Puskopti) Jateng Sutrisno Supriantoromengakui masih ada Pemerintah Daerah (Pemda) 'cuek' terhadap kondisi pengrajin tempe dan tahu.
Hal tersebut diungkapkan langsung Sutrisno Supriantorousai menggelar operasi pasar kedelai di Gudang Primkopti kawasan Nanggulan Salatiga, Senin (25/1).
Ia membeberkan fakta, jika tak sedikit Pemerintah Daerah (Pemda) tak terkecuali Pemkot Salatiga kurang perhatian terhadap nasib pengrajin tempe dan tahu. Untuk itu diharapkan Pemda turun tangan membantu kondisi pengrajin.
"Kami harapkan Pemda turun tangan serta membantu. Setidaknya, memberikan subsidi harga. Namun sejauh ini belum ada perhatian itu dari Pemkot Salatiga," ucapnya.
Terkait operasi pasar kedelai di Gudang Primkopti kawasan Nanggulan, Salatiga kuota 20 ton yang diberikan dalam tahap pertama dipertunjukkan untuk 150 pengrajin tempe dan tahu se-Salatiga.
"Adanya operasi pasar kedelai diharapkan mampu menekan harga kedelai," imbuhnya.
Tidak Ada Penimbunan
Sementara itu Kanit I Sub Dit I Kompol Edi Purnomo selaku Operator Satgas Pangan Polda Jateng menyatakan buntut harga kedelai sejak akhir tahun 2020 tinggi bukan karena adanya unsur penimbunan.
"Tidak ada penimbunan. Harga melambung karena impor dari luar terkendala ekspedisi tidak lancar. Ditambah di masa pandemi Covid-19 harus melalui tahapan karantina yakni 14 hari di negara asal dan 14 hari di negara tujuan," terangnya.
- Stok Pertalite Aman, Konsumen Diimbau Gunakan BBM Berkualitas
- KPPU Endus Harga Telur Mahal Ulah Kartel
- Perbankan Hingga Kuliner Locarasa Siap Masuk Ke KIT Batang