Kukuhkan Tiga Guru Besar, Rektor IAIN Kudus Selipkan Pesan Mengejutkan

Sidang Senat Terbuka IAIN Kudus mengukuhkan tiga guru dalam sejumlah bidang keilmuan dan kehadiran mereka kini melengkapi jumlah guru besar di IAIN setempat menjadi 15 guru besar.
Sidang Senat Terbuka IAIN Kudus mengukuhkan tiga guru dalam sejumlah bidang keilmuan dan kehadiran mereka kini melengkapi jumlah guru besar di IAIN setempat menjadi 15 guru besar.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus mengukuhkan tiga guru dalam sejumlah bidang keilmuan. Kehadiran mereka kini melengkapi jumlah guru besar yang dimiliki IAIN setempat sebanyak 15 guru besar.


Belasan para pakar beragam bidang keilmuan diharapkan semakin memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan IAIN Kudus yang segera bertransformasi (berubah status) menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kudus.

"Dengan bertambahnya Guru Besar di IAIN Kudus, institusi ini semakin berkembang dan memberikan kontribusi yang signifikan dalam dunia akademik," ujar Rektor IAIN Kudus, Prof. Abdurrohman Kasdi.

Pengukuhan tiga guru besar ini dilakukan melalui Sidang Senat Terbuka pada Sabtu (24/08), bertempat di Laboratorium Terpadu Lantai 5 IAIN Kudus.

Ketiga guru besar yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Moh. Rosyid, S.Ag., M.Pd dalam bidang Ilmu Sejarah Kebudayaan Islam, Prof. H. Wahibur Rokhman, S.E., M.Si., Ph.D dalam bidang Ilmu Manajemen Bisnis Syariah, serta Prof. Dr. H. Ahmad Atabik, L.C., M.S.I. bidang Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir.

Prof Abdurrohman meminta para guru besar yang dimiliki, semakin memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan IAIN Kudus serta dunia akademik. Usai dikukuhkan, tiga guru besar ini secara bergantian memberikan orasi ilmiah sesuai bidang keilmuwan mereka.

Belasan para guru besar beragam keilmuan diharapkan memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan IAIN Kudus yang segera bertransformasi menjadi UIN Sunan Kudus.

Dalam paparannya, Prof. Dr. Moh. Rosyid menyampaikan orasi ilmiah berjudul ‘Akulturasi Budaya Religi: Kontribusinya dalam Menumbuhkan Sikap Moderat di Tengah Skisma dalam Islam’.

Ia menekankan pentingnya akulturasi budaya religi dalam membangun sikap moderat dan menjaga keharmonisan di tengah perbedaan dan perselisihan dalam umat Islam.

Kemudian Prof. H. Wahibur Rokhman mengangkat tema ‘Kebahagiaan terhadap Produktivitas Kerja dalam orasi ilmiahnya. Ia menyimpulkan bahwa kebahagiaan memiliki peran penting dalam keberhasilan di lingkungan kerja.

“Kepemimpinan dan etika kerja Islam, menjadi faktor utama dalam menciptakan lingkungan kerja yang membahagiakan dan produktif,” ungkap Wahibur.

Sedangkan Prof. Dr. H. Ahmad Atabik memaparkan orasi ilmiah dengan judul ‘Auto-antonimi (al-Aḍdād) dalam Al-Qur'an: Mengurai Problematika Terjemahan Versi Kementerian Agama Republik Indonesia’.

Dalam paparannya, Prof. Atabik menjelaskan bahwa auto-antonimi yaitu sebuah kata yang memiliki dua makna kontradiktif dan merupakan fenomena menarik dalam kajian semantika teks Al-Qur'an.

“Hal ini berperan strategis dalam mempengaruhi hasil interpretasi Al-Qur'an, terutama dalam konteks penerjemahan,” tukasnya.