Jelang pemilu lokasi ritual di wilayah kabupaten Lereng Lawu ramai dikunjungi masyarakat. Salah satunya adalah Sendang Bejen yang terletak di dusun Dawe, desa Mojoroto, Mojogedang, karanganyar. Dahulu daerah ini merupakan bagian wilayah Kerajaan Mangkunegaran.
- Sambangi Pabrik Rambut Palsu, Andika Ingin Ekspansi Ekspor Diperbesar
- Pendaftaran Caleg PKS Salatiga Sempat Terkendala
- 876 Orang Daftarkan Diri Menjadi Panwaslu Kelurahan di Kota Semarang
Baca Juga
Dinamakan Mojoroto yang berasal dari kata Mojo dan Roto, konon di masa itu buah Mojo yang rasanya pahit banyak ditemukan di hampir diseluruh wilayah tersebut dan merata hingga akhirnya daerah tersebut dikenal dengan nama Mojoroto
Konon cerita dari turun temurun, sendang Bejen merupakan lokasi persinggahan RM Said atau Pangeran Samber Nyawa saat mengembara dan oleh sebagian masyarakat hingga kini dipercaya mendatangkan tuah kepada para pengunjungnya.
Keterangan dari Mbah Marno (90), sendang tersebut tidak pernah surut ataupun berkurang airnya di segala musim. Kualitas airnya juga bagus, jernih dan segar khas mata air pegunungan. Bahkan di sekitar sumber mata air yang berada di bawah sebuah pohon besar ada tertulis jika sumber mata air itu layak untuk diminum langsung.
Air tersebut berada di bawah pohon nangka yang sudah sangat tua dan roboh sehingga menyisakan akarnya. Dan ada cerita juga bahwa asal muasal pohon nangka itu dipercaya sudah berusia ratusan tahun. Pohon tumbuh setelah Raden Mas Said membuang biji buah nangka yang dimakannya di lokasi tersebut.
Selain sendang Bejen, masih ada satu sendang lagi yang berada tidak jauh dari sendang Bejen. Lokasinya di sebelah utara yang dibatasi oleh jalan desa. Air sendang itu ucap Mbah Marno dipercaya sebagian besar masyarakat desa memiliki khasiat bisa membuat sembuh sakitnya.
"Menurut cerita pinisepuh jaman dulu, sejarah sendang Bejen ini sarat dengan masa perjuangan Raden Mas Said atau yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa," jelasnya, Kamis (14/3).
Dulunya, jelas Mbah Marno, Sendang Bejen menjadi lokasi beristirahat Pangeran Sambernyawa saat berperang melawan Belanda. Saat itu dirinya melihat ada sebuah sumber mata air, dan berhenti sejenak untuk istirahat sekaligus beribadah.
"Masyarakat percoyo. Sendang iki klebu petilasan darah luhur," jelasnya lagi dalam bahasa Jawa.
Meski saat ini memasuki jaman milenial, namun sebagian masyarakat yang masih mempercayai kekuatan dan daya linuwih dari air sendang tersebut. Banyak yang melakukan tirakat di sini. Bukan hanya dari Karanganyar namun juga dari wilayah Solo dan sekitarnya bahkan dari Ngawi, Pacitan juga wilayah Jawa Timur lainnya.
"Bukan hanya masyarakat biasa, namun juga tokoh spiritual, pegawai, pedagang, juga orang yang cari pangkat derajat juga datang ke sini. Namun tetap memintanya pada Gusti Allah Kang Maha Kuasa," tandasnya.
Saat ini suasana di lokasi Sendang Bejen jauh dari kesan mistis, pasalnya di lokasi ini sekarang dikelola oleh pemuda desa setempat menjadi tujuan lokasi wisata sejarah yang kekinian jauh dari kesan mistis yang menyelimutinya.
Memasuki lokasi sendang, gapura khas bangunan Hindu terbuat dari bata merah yang tidak dipoles siap menyambut masyarakat yang datang ke lokasi. Jembatan panjang juga sengaja dibangun untuk mempermudah menuju lokasi sendang yang teduh karena dikelilingi pepohonan besar berusia ratusan tahun.
Bahkan jembatan tersebut semakin terlihat cantik dengan hiasan payung warna-warni yang tergantung apik atas jembatan dan menghilangkan kesan mistis. Sehingga lokasi sendang nukan hanya didatangi para peziarah namun juga masyarakat yang senang mencari arena spot foto selfie yang unik dan menarik.
- Ada Masalah Di Dokumen Bacaleg Demokrat
- Ganjar Janjikan Internet Gratis dan Cepat ke Pegiat Wisata
- Calon Gubernur Jateng Sudaryono Kukuhkan 120-an Struktur Ranting Gerindra Salatiga