Pertama kalinya dalam sejarah India mata uang Rupee dilaporkan jatuh ke lebih dari 80 per dolar AS pada Selasa(19/7).
- Pengungsi Afghanistan Mulai Berdatangan di Belanda
- Brisbane Lockdown Cepat Guna Cegah Penularan Covid-19
- Kim Jong Un Terlihat Lebih Kurus di Hari Pemuda
Baca Juga
Inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat dan kekhawatiran resesi yang akan datang telah menjadi pemicu investor menghindari resiko dengan meningkatnya reli dolar yang luas dalam beberapa pekan terakhir, dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL.
Kebijakan moneter AS yang lebih ketat telah memperburuk arus keluar dari pasar negara berkembang seperti India, di mana investor asing telah menarik utang dan ekuitas bersih sekitar 30,8 miliar dolar AS (43 miliar dolar AS) tahun ini.
Menanggapi hal ini Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman dalam pernyataan tertulisnya kepada Parlemen India mengatakan bahwa penurunan tajam rupee ada kaitannya dengan alasan eksternal.
"Faktor global seperti konflik Rusia-Ukraina, melonjaknya harga minyak mentah dan pengetatan kondisi keuangan global menjadi alasan utama melemahnya rupee India terhadap dolar AS," jelasnya.
Selanjutnya harga minyak mentah dan batu bara yang biasa di impor oleh India melonjak tinggi ini telah memperburuk neraca perdagangan. Hal ini dapat memperlebar defisit transaksi berjalan dan menyebabkan rupee terdepresiasi lebih lanjut.
Dikutip dari The Straits Times, inflasi harga konsumen di India, ekonomi terbesar keenam di dunia, pada bulan Juni sedikit mereda menjadi 7,01 persen setelah mencapai level tertinggi selama delapan tahun di 7,79 persen pada bulan April.
Pada saat yang sama Menteri Keuangan menambahkan sejauh ini pada tahun 2022 mata uang India telah menguat terhadap pound Inggris, yen Jepang dan euro.
Untuk atasi kondisi ini bank sentral telah menjual cadangan mata uang asingnya lebih dari 34 milar dolar AS.
- Olimpiade Beijing 2022 Resmi Dibuka
- Ratu Elizabeth Siapkan Tim Hukum untuk Pencemaran Nama Baik
- Tak Hanya Indonesia, Selama 4 Minggu Dunia Menghadapi Kenaikan Kasus Covid-19