Mbah Tasmi, Perempuan Lansia Blora yang Membumikan Prinsip Wirausaha

Mbah Tasmi. (Diskominfo Kab. Blora)
Mbah Tasmi. (Diskominfo Kab. Blora)

Usianya sudah lanjut. Siang itu, Kamis (3/10), ia duduk di tepi jalan raya, di samping kanan lapangan Kridosono Blora. Aneka buah seperti pepaya, mangga, semangka dan jeruk ditunggui sambil ditawarkan kepada warga yang kebetulan lewat didepannya. 

Mbah Tasmi namanya. Perempuan ini berusia 100 tahun. Meski usianya sudah diatas rata-rata, ia tetap berusaha, berjualan, meski setiap hari di antar jemput oleh keponakannya naik sepeda motor dari rumahnya di Dukuh Ngareng Desa Tambaksari Kecamatan Blora.

“Saya itu punya empat orang anak, semua sudah mandiri. Sama anak-anak dan cucu sebenarnya saya disuruh istirahat saja, kebutuhan disediakan, tapi saya masih ingin kerja, jualan, sambil hiburan,” kata Mbah Mi, sapaannya.   

Mbah Tasmi kadang-kadang tidur sendiri di tempat penjualan yang kondisinya kurang layak untuk beristirahat.

Ketika ditanya, mengapa Mbah Mi berani tidur di ruang terbuka dan tidak ada lampu penerangan  hanya mengadalkan lampu listrik jalan raya. Ia menjawab, "Semua sudah saya pasrahkan ke Gusti Allah Yang Maha Kuasa,” kata Mbah Mi.

Bahkan ketika ia tidur di rumah, barang dagangannya ditinggal tidak ada yang menjaga, hanya diselimuti tikar, meski harus menanggung risiko buah dagangannya itu pernah hilang. 

“Beberapa waktu yang lalu buah jeruk satu glangse seharga Rp400 ribu  tidak ada ditempat, mungkin ada orang yang lagi butuh. Tapi saya yakin, pasti Gusti Allah akan mengembalikan rezeki yang lebih banyak,” ucapnya.

Ia mengatakan, orang berbuat jahat itu orang sedang sakit dan buta hati, dan orang yang pasrah serta ikhlas pasti akan ditolong dan dilindungi Allah. Setiap malam tidurnya hanya tiga jam, sisa waktunya untuk nenuwun dan berdoa kepada Allah agar keluarganya selalu dalam lindunganNya, diberi kesehatan dan rezeki yang berokah serta selalu taat menjalankan perintahNya.

Mbah Tasmi mengaku semasa masih bisa berjualan dan tidak ingin ngrepoti orang lain termasuk anak-anaknya. Ia tetap nekat berjualan yang hasilnya untuk mandiri dan bersedekah kepada orang orang yang kurang beruntung. Termasuk menggratiskan orang yang membeli buah-buahan dalam keadaan kepepet.

Bambang Sulistya, tokoh masyarakat di Blora yang juga Ketua Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Blora, yang kebetulan melewati tempat jualan Mbah Mi mengapresiasi bahwa prinsip wirausaha yang sudah dijalani Mbah Mi sejak berumur tiga belas tahun sampai saat ini sebenarnya bisa diteladani oleh kita semua.

“Ia berusaha mandiri dalam menjalani hidup selalu berpegang pada prinsip-prinsip, selalu bersyukur, sabar dan pasrah kepada Allah Tuhan Yang Maha Pemurah yang selalu melindungi dan menjaga serta memberi semua kebutuhan hidup kita,” ungkapnya.

Kemudian, dalam pergaulan hidup jangan sekali-kali menyakiti hati orang lain. Jadikan orang lain sebagai saudara atau keluarga yang kelak akan membantu kita. Dalam berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup, hindari langkah yang menghalalkan segala macam cara dan suka melakukan tindakan yang merugikan orang lain.

“Berikutnya, miliki rasa percaya diri yang tinggi, ulet dan tidak mudah putus asa. Bersikap prasojo, ora neko-neko, suka bersedekah dan berbagi kepada orang yang kurang beruntung. Supaya hidup berkah dan amanah jalani hidup dengan penuh kasih sayang kepada sesama umat dan guyub rukun paseduluran sak lawase,” ujarnya.

Semoga pelajaran kehidupan dari mbah Tasmi mampu memberi motivasi dan inspirasi kepada kita semua terutama untuk generasi milenial.