Memaknai Perkembangan Industri Wisata Di Jawa Tengah

Dra. Endah Cahya Rini, M.M.
Dra. Endah Cahya Rini, M.M.

Industri wisata merupakan satu di antara penyumbang pertumbuhan ekonomi, baik di tingkat nasional, regional/provinsial mau pun lokal di Kabupaten Kota di Indonesia.

Industri ini cukup tahan banting – yang pernah terpuruk akibat hempasan gelombang Pandemi Covid-19 pada awal 2020 hingga akhir 2022. Namun, bersama dengan meredanya krisis Pandemi Covid-19, sektor pariwisata kembali kembali pulih dengan cepat, reborn (terlahir kembali) karena psikologi balas dendam warga dunia yang merasa terpenjara selama masa Pandemi Covid-19 oleh lock-down dan pembatasan aktivitas sosial di negara masing-masing.

Di Jawa Tengah, menurut BPS (Badan Pusat Statistik) kunjungan wisata berada di titik nadir, nol besar pada masa Pandemi Covid-19. Namun kemudian reborn, hingga pada November 2023, angka kunjungan wisata pulih seperti sebelum krisis Covid-19, sebagai berikut:

Lebih membesarkan hati, bahwa selain wisatawan domestik, ternyata kunjungan wisman (wisatawan manca negara), juga menunjukkan angka yang signifikan, dan itu berarti mengalirnya devisa bagi negara. Dilihat dari asal kebangsaan, ternyata wisatawan dari Timur Tengah mendominasi, disusul dari Asia, ASEAN, Eropa, Amerika, dan Oseania  – seperti tercermin dalam Tabel 2 berikut ini:

Data lain menunjukkan, bahwa TPK (Tingkat Penghunian Kamar) dari waktu ke waktu juga meningkat – membuktikan bahwa arah pemulihan telah berada di jalur yang tepat, on the track sebagaimana Gambar 2 berikut ini:

Ditinjau dari sebaran TPK pada hotel-hotel, bahwa wisatawan mancanegara lebih banyak menggunakan hotel berbintang ketimbang penginapan sebagai akomodasi mereka selama mengunjungi Jawa Tengah, sebagaimana Tabel 3 berikut:

Temuan lainnya menunjukkan, bahwa wisman yang menggunakan hotel bintang 3 sampai dengan bintang 5, memiliki longstaycation (masa tinggal) rata-rata yang lebih lama katimbang mereka yang menggunakan hotel bintang 1 dan bintang 2, sebagaimana Tabel 4 berikut:

Asumsi dan analisis memang bisa dikembangkan, bahwa mereka yang memilih hotel bintang 3 hingga bintang 5 sebagai akomodasi selama kunjungan mereka di Jawa Tengah adalah wisman berkantong tebal – sehingga mampu membiayai diri untuk menggunaan fasilitas yang lebih baik dengan masa tinggal yang lebih panjang.

Sementara, wisman yang yang memilih hotel bintang 1 dan 2 adalah mereka yang memang memiliki dana lebih terbatas, sehingga menggunaan dananya untuk fasilitas standar, dengan masa tinggal yang relatif lebih pendek.

Strategi Pengembangan

Sektor Pariwisata adalah industri yang memiliki multi effects yang besar, yang bisa menghasilan output, dan added values (nilai tambah) ekonomi signifikan. Industri wisata juga mampu menyumbangan angka signifikan bagi pertumbuhan ekonomi, baik di tingkat nasional, regional mau pun lokal.

Mempertimbangkan kenyataan tersebut, maka pengembangan industri wisata mutla dilakukan baik oleh pemerintah, pelaku usaha pariwisata itu sendiri, mau pun segenap stakeholders atau pemangku kepentingan.

Pengembangan industri pariwisata, memerlukan bukan hanya berupa komitmen, tetapi juga dukungan anggaran, serta program nyata yang terpadu antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi serta pemerintah kabupaten/kota di Indonesia.

Pengembangan industri pariwisata juga memerluan strategi yang tepat, yang merupakan sinergi antar-sektor, seperti sektor pariwisata itu sendiri, Kementerian Pekerjaan Umum di tingkat pusat, Dinas-dinas Pekerjaan Umum di provinsi dan kabupaten/kota selaku penyedia infrastruktur yang diperlukan seperti bandara, pelabuhan, jaringan jalan, listrik, sarana komunikasi, transportasi hingga air bersih – terutama di spot-spot wisata utama, yang menjadi pintu masuk dan simpul-simpul konektivitas.

Tak kurang penting, adalah partisipasi masyarakat – yang paling dekat adalah masyarakat pariwisata itu sendiri seperti asosiasi-asosiasi usaha dan komunitas mau pun organisasi terkait seperti Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Masyarakat Transportasi Indonesia, Gabungan Pengusaha Pariwisata, dan sebagainya.

Hanya dengan sinergi semua pihaklah, industri pariwisata bisa dikembangkan dengan baik untuk ikut menopang pertumbuhan eonomi nasional, meningkatkan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pelaku usaha pariwisata, serta meningkatkan kesejahteraan pekerja pariwisata.

Drs Endah Cahya Rini adalah Aparatur Sipil Negara, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, Jawa Tengah.