Mengenal Eel, Bawa Nama Besar Djatmiko, Dari Kecil Kenyang Didik Politikus Gaek Teddy Sulistyo

Menyapa dari rumah ke rumah cara Rafael Laksamana Gemilang Djatmiko atau Eel menyampaikan programnya. Foto : Erna Yunus B
Menyapa dari rumah ke rumah cara Rafael Laksamana Gemilang Djatmiko atau Eel menyampaikan programnya. Foto : Erna Yunus B

Siapa yang tidak mengenal Djatmiko Wardoyo, sosok politikus senior PDIP Jawa Tengah.


Bersama sang istri Sri Utami Djatmiko, keduanya membesarkan banteng moncong putih di Salatiga Raya. 

Hebatnya lagi, dari kedua politikus senior ini terlahir pula, sosok politikus tangguh nan handal dalam hal strategi, Teddy Sulistyo.

Ibarat pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Usai Teddy Sulistyo, secara mengejutkan menyatakan ingin pensiun dini baik dari dari kancah perpolitikan Jawa Tengah, sekaligus mundur dari anggota DPRD Salatiga tiga tahun lalu, terlahir penerusnya, Rafael Laksamana Gemilang Djatmiko.

Akrab disapa Eel, dengan usianya masih masih sangat muda siapa sangka ia bukan hanya membawa nama besar Djatmiko Wardoyo tapi juga memikul tanggung jawab politikus gaek, Teddy Sulistyo.

Ya, Eel ternyata satu sekian deretan calon legislatif (bacaleg) PDI Perjuangan Salatiga untuk berebut kursi DPRD Salatiga di Pileg 2024.

Ditemui saat 'door to door', Eel mengaku terjun ke kancah perpolitikan Salatiga karena kecintaannya kepada PDI Perjuangan sekaligus didikan keras sang ayah, Teddy Sulistyo.

Berangkat dari Dapil Kecamatan Sidomukti, Salatiga, Eel memilih didikan sang ayah cara jitu mendulang suara 

"Untuk Dapil 1 Sidomukti saya menargetkan 3000 suara. Dimana, dari didikan kakek dan Uti (Djatmiko Wardoyo - Sri Utami Djatmiko) serta ayah Teddy Sulistyo, kunci utama ingin mendapatkan suara harus dekat dengan konstituen yakni door to door. Dan ini sudah saya pupuk selama 2 tahun terakhir," aku Eel.

Dalam aksi kampanyenya, Eel tidak lantas melepaskan anda asor, attitude masih dikedepankannya. Bahkan dengan prinsip memanusiakan manusia pasti akan tersentuh hatinya.

"Saya merasa yakin, dengan mendatangi sekaligus sowan sedikitnya 2500 rumah akan merasa diwongke. Sowan, mengenalkan diri dilanjutkan 'macul', sekarang tinggal memumpuk dan merawat," terangnya.

Meski usianya acap kali dianggap sebelah mata, Eel tidak ingin berkecil hati. Generasi Z kurang pemahaman tentang politik dijadikannya sebagai program pendekatan dengan kelompok pertemanan, karang taruna, dan apa yang menjadi pertanyaan tentang politik.

Eel melihat, selama ia blusukan dia tahun terakhir masih banyak angka kemiskinan di Salatiga. Dengan masuk di lingkaran politik ia berharap bosa  memberikan bantuan beasiswa, bedah rumah 100 unit dari partai.

Tak hanya itu. Eel juga ingin diperjuangkan kaum menengah kebawah, ada rasunawa dengan harga yang murah serta mengusahakan rumah murah, subsidi.

"Rumah murah ini kategori buruh, atau yang masih di rusunawa serta yang masih ngontrak bisa ambil. Saya sempat survei, serta bertemu langsung yang ingin memiliki rumahn dengan harga terjangkau sangat banyak," akunya.

Di bidang pendidikan, pemuda berparas ganteng ini juga memiliki program pendidikan politik bagi generasi khususnya pelajar di kalangan SMP dan SMA.

Dibantu Tim pemenangan Mas El terdiri dari tokoh masyarakat, pengurus Sidomukti, teman dan kelompok permainan, Eel mengaku tidak menemukan kesulitan ketika turun, door to door langsung

Justru nama kakek, nenek dan Ayah-nya yang telah besar memberikan sedikit banyak keuntungan bagi pemuda 22 tahun ini. Itu pun tidak dipungkirinya.

Sempat ingin masuk ke AKPOL namun nasib berkata lain nyambi kuliah di desain grafis serta menjalankan usaha percetakan milik sendiri ternyata mampu menghidupkan keluarga kecilnya bersama orang tua.

"Nama Djatmiko suatu kehormatan, tapi dalam pemilihan ini saya bawa nama sendiri. Ok lah, Pak Djat (Djatmiko Wardoyo), But Djay, Bung Teddy tapi disamping itu harus bisa menghadapi tantangan sendiri. Bahkan, masukan dari senior sangat terbuka," pungkasnya.

Yang terpenting bagi Eel adalah pembuktian. Dan proses nantinya akan membuktikan dan tentunya senior menjadi guru terbaik.

"Tuntunan senior menjadi bekal utama, serta doa ibu adalah mustajab," imbuhnya.