Perekonomian Indonesia pada Triwulan IV-2021 diprediksi tumbuh di atas 5%. Sehingga secara tahun penuh, pertumbuhan ekonomi 2021 akan berkisar 3,7% sampai dengan 4.0%. Angka-angka itu menunjukkan ekonomi Indonesia dalam momentum pemulihan ekonomi.
- Airlangga Hartarto: Seluruh Instrumen Partai Golkar Harus Siap Menangkan Pemilu 2024
- Wasekjen: Golkar Solid, Yang Bilang Konsolidasi Sepi Mungkin Sedang Tertidur
- Menko Airlangga Dorong Kampus Menjadi Inkubator Bisnis untuk Mencetak Wirausahawan Berkualitas
Baca Juga
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan diharapkan dapat mencapai 5,2%. Target itu sejalan dengan proyeksi dari sejumlah lembaga internasional seperti IMF (5,9%), OECD (5,2%), dan World Bank (5,2%).
“Proyeksi itu akan bisa dicapai dengan catatan kondisi kesehatan stabil, dan nilai ekspor naiknya besar karena harga komoditas sedang tinggi. Tapi momentum ini harus dilihat dalam 6 bulan pertama dulu untuk bisa memutuskan kebijakan selanjutnya,” kata Menko Airlangga di acara Indonesia Business Forum TV One, Selasa malam (29/12)
Airlangga mengatakan, melandainya kasus positif Covid-19 mendorong mobilitas masyarakat dan berpotensi meningkatkan sektor-sektor strategis seperti industri manufaktur dan perdagangan. Selain itu, sejumlah sektor juga mendukung pertumbuhan ekonomi.
Seperti sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial karena semakin efektifnya penanganan Covid-19 dan meluasnya pelaksanaan vaksinasi. Kemudian sektor informasi dan komunikasi akibat adaptasi kebiasaan baru yang membutuhkan koneksi internet. Juga sektor pertambangan dan penggalian yang didorong tingginya permintaan ekspor dan penguatan harga komoditas.
Bicara penerimaan perpajakan, tercatat sampai 26 Desember 2021, jumlah neto penerimaan pajak mencapai Rp1.231,87 triliun atau menembus 100,19% dari target yang diamanatkan dalam APBN sebesar Rp1.229,6 triliun.
“Jadi dari sisi penerimaan aman dan dari segi Indeks Keyakinan Konsumen juga kami berharap akan naik lagi di Triwulan IV,” ujar Airlangga.
Airlangga membeberkan, kinerja investasi di 2021 juga sangat baik dan menjadi salah satu penopang pertumbuhan. Realisasi investasi pada Triwulan III-2021 telah mencapai Rp216,7 triliun. Meningkat sebesar 3,7% (yoy).
Investasi itu terdiri atas Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp103,2 triliun (47,6%) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp113,5 triliun (52,4%). Sepanjang Triwulan I-III 2021, realisasi investasi telah mencapai Rp659,4 triliun atau 73,3% dari target realisasi investasi tahun ini sebesar Rp900 triliun.
“Ke depannya, kita harapkan Indonesia Investment Authority (INA) bisa bergerak karena Pemerintah sudah memberikan modal Rp30 triliun. Tinggal realisasi proyek-proyek mana yang akan dibiayai. Kita juga mendorong berbagai Proyek Strategis Nasional yang hingga 2024 nilainya bisa mendekati Rp5.000 triliun,” tutur Menko Airlangga.
Membaiknya kondisi perekonomian, tak lepas dari sokongan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang telah digulirkan sejak 2020. Dimana, klaster Insentif Usaha dan Perlinsos menjadi klaster yang mencatatkan realisasi tertinggi. Misalnya PPh Pasal 25 dan pajak UMKM yang ditanggung Pemerintah, PPNBM, dan PPn yang ditanggung Pemerintah untuk properti.
“Ini semua mendorong perekonomian bergerak, dan menunjukkan komitmen serta keseriusan Pemerintah mendukung masyarakat menghadapi pandemi,” jelas Airlangga.
Lebih jauh Ketua Umum Partai Golkar itu mengatakan, pertumbuhan ekonomi tahun depan tetap akan bergantung pada keberhasilan pengendalian pandemi yang didukung kedisiplinan masyarakat melaksanakan protokol kesehatan, menjalankan vaksinasi, dan membatasi kerumunan.
Yang tak kalah penting, respon kebijakan ekonomi yang tepat dari sisi fiskal dan moneter serta penciptaan lapangan kerja dan kesiapan bertransformasi.
“Kalau dari APBN capaiannya maksimal, kemudian dari segi investasi sudah memenuhi target, juga dari konsumen dan sektor industri yang pulih, maka inilah empat engine yang membuat ekonomi kita bergerak,” ujar dia.
Mesin penggerak ekonomi yang juga penting adalah digitalisasi. Pada 2020 valuasinya mencapai US$40 miliar, pada 2021 meningkat ke US$70 miliar, dan di 2025 akan naik lagi ke US$130 miliar.
“Transformasi digital harus didorong karena ini dijalankan oleh anak-anak muda kita yang menjadi backbone perekonomian ke depan,” ujar Menko Airlangga.
Di sisi lain, sejumlah risiko tetap harus diwaspadai agar tidak mengganggu momentum pemulihan ekonomi ke depan. Risiko tersebut diantaranya kenaikan harga energi dan inflasi, disrupsi, krisis Evergrande di Tiongkok, dan normalisasi kebijakan moneter negara maju.
“Jadi, bekal untuk 2022 adalah teruslah berinovasi, optimis, jadi kita akan maju. Jangan lupa prokes menjadi kunci, juga lakukan booster vaksin,” tutup Menko Airlangga.
- UMKM Siap Masuk Rantai Pasok Industri KEK Industropolis Batang
- Perdana, Rapat Paripurna Kabupaten Batang Bahas Sejumlah Isu Strategis
- MTI Desak Presiden dan Menhub Atasi Darurat Keselamatan Transportasi