Mahasiswa baru, diharapkan wajib mengikuti pelatihan terkait kebencanaan pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Hal itu diungkapkan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
- Seribu Anggota PMR Kabupaten Tegal Adu Tangkas Di Jumbara
- Puluhan Penutur Asing Asal Australia Belajar Bahasa dan Budaya Indonesia di UKSW
- Walikota Senarang Harap Mahasiswa di Semarang Selesaikan Kuliah Hingga Berhasil
Baca Juga
Menristekdikti, M Nasir, mengatakan rencana induk riset nasional 2017-2045, masalah kebencanaan sudah masuk didalamnya. Kata dia, pihaknya sudah meminta didirikan perguruan tinggi khusus manajemen kebencanaan.
"Kami sudah punya program disaster management, sudah kami lakukan sejak 2015," kata Nasir, usai memberikan kuliah umum di auditorium Universitas Negeri Semarang (Unnes), Rabu (2/1).
Nasir menjelaskan, hambatan yang ada saat ini adalah alat sistem peringatan dini yang justru dicuri orang. Padahal, lanjut dia, daerah-daerah yang masuk ke Cincin Api harus terpantau.
Menurutnya, peran Kemenristekdikti akan memberikan pengetahuan terkait mitigasi bencana kepada mahasiswa baru berupa pelatihan.
Untuk saat ini, kata dia, sudah ada pelatihan terkait bela negara, wawasan kebangsaan, dan anti korupsi. Masalah kebencanaan akan dimasukkan berupa pelatihan.
"Bentuknya pelatihan pada mahasiswa baru. Tapi yang tanggap bencana belum diwajibkan, ini pilihan bagi semua perguruan tinggi," tuturnya.
Terkait program studi soal kebencanaan, sudah ada Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Aceh yang mengajukan. Sedangkan BNPB mengajukan pendirian perguruan tinggi khusus manajemen kebencanaan.
"Yang mengajukan prodi sudah ada Syiah Kuala, Riau juga soal asap, Palembang juga. BNPB ingin ajukan perguruan tinggi di bidang kebencanaan," jelasnya.
- UNS Fokus Pada Kolaborasi dan Inovasi Hadapi Tahun 2022
- Inklusivitas Cegah Kasus Kekerasan Seksual di Sekolah
- Rektor UKSW : Tantangan Sesungguhnya PT Mampu Memecahkan Masalah di Masyarakat