Museum Dan Batuan Purba Bayat

Batu Purba Yang Ditemukan Di Situs Batuan Bayat. Dokumentasi Infomitigasi
Batu Purba Yang Ditemukan Di Situs Batuan Bayat. Dokumentasi Infomitigasi

Klaten - Wilayah Kecamatan Bayat di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa, telah lama dikenal sebagai salah satu wilayah yang memiliki batuan purba tertua di Pulau Jawa yang diperkirakan berumur 98 juta tahun.

Sejak masa penjajahan Belanda, batuan purba tersebut telah menarik perhatian para peneliti, bahkan tahun 1929 Bayat berhasil menjadi tuan rumah Simposium Kebumian Ke Dua se-Asia Pasifik.

Pada masa kemerdekaan, tepatnya dekade 1970-an, Bayat semakin dikenal luas sehingga menjadi area penelitian ilmu geologi para akademisi. Tahun 1984, melalui kerja sama Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina) didirikan kampus lapangan permanen di Bayat. Keberadaan batuan purba Bayat memiliki arti penting sebagai sumber data dan informasi mengenai evolusi tektonik Pulau Jawa.

Selain dikenal memiliki kekayaan alam berupa batuan purba, Bayat juga dikenal memiliki kekayaan sejarah berupa bangunan bersejarah, yaitu Makam Sunan Pandanaran (Sunan Tembayat) dan Masjid Agung Sunan Pandanaran. Di samping itu, Bayat juga memiliki kekayaan budaya lokal berupa ajaran turun-temurun Sunan Pandanaran yang dikenal dengan ajaran Patembayatan yang hingga kini masih dijalankan masyarakat setempat.

Di Bayat juga terdapat kearifan lokal di bidang ekonomi, yaitu kerajinan gerabah yang kini telah berkembang menjadi industri dan berhasil menembus pasar luar negeri. Menurut hasil penelitian Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Yogyakarta tahun 2005, diketahui bahwa tradisi pembuatan gerabah di Bayat telah ada sejak masa prasejarah. Hasil penelitian tersebut semakin menegaskan Bayat sebagai wilayah di Pulau Jawa yang memiliki sejarah panjang, salah satunya sejarah kebudayaan.

Ragam kekayaan yang dimiliki Bayat, khususnya batuan purba, merupakan identitas sekaligus aset daerah dan nasional yang belum sepenuhnya dikembangkan. Diharapkan melalui komitmen dan kerja sama para pemangku kepentingan, situs batuan purba Bayat dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata unggulan serta pusat pendidikan dan penelitian tidak hanya di tingkat lokal dan nasional, tetapi hingga tingkat internasional.

Geopark

Keunikan geologi berupa batuan purba di Bayat beserta potensinya mendorong pemerintah Kabupaten Klaten mengusulkan situs-situs batuan purba di Bayat menjadi taman bumi (geopark).

Sejak tahun 2020 pemerintah Kabupaten Klaten dan akademisi UGM mengusulkan wilayah batuan purba Bayat sebagai situs warisan geologi (geoheritage). Di tahun yang sama, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Dinas ESDM Jawa Tengah meninjau dan mengkaji wilayah tersebut hingga dinyatakan layak diusulkan sebagai warisan geologi.

Akhirnya tahun 2023 Kementerian ESDM menetapkan 12 situs geologi (geosite) di Bayat dan satu situs di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten sebagai warisan geologi. Penetapan tersebut merupakan dasar dalam tahapan menjadikan warisan geologi menjadi taman bumi seperti diatur dalam Pasal 9 huruf a Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pengembangan Taman Bumi (Geopark). Pengusulan warisan geologi Bayat menjadi Taman Bumi (Geopark) Bayat memerlukan dukungan dan sinergi dari semua pemangku kepentingan, salah satunya masyarakat. 

Keberadaan batuan purba di Bayat belum sepenuhnya menarik minat dan rasa ingin tahu masyarakat, khususnya masyarakat setempat. Minat dan perhatian terhadap batuan purba masih sebatas dari kalangan akademisi. Untuk itu diperlukan upaya dan terobosan guna menarik minat dan antusiasme masyarakat. Terobosan tersebut berupa ruang publik sebagai ruang apresiasi masyarakat terhadap batuan purba di Bayat.

Ruang publik tersebut diwujudkan melalui museum, khususnya museum batuan purba yang hingga saat ini belum ada di Bayat. Adanya museum batuan purba Bayat dapat menjadi ikon daerah yang menarik minat dan perhatian serta menciptakan rasa bangga masyarakat terhadap daerahnya. Rasa bangga tersebut dapat memotivasi masyarakat berperan aktif menjadikan Bayat sebagai taman bumi. Peran masyarakat sebagai salah satu pemangku kepentingan dalam pengembangan taman bumi diatur dalam Pasal 1 ayat (11) Perpres No. 9 Tahun 2019.    

Sebagai negara yang kaya keragaman alam, sejarah, dan budaya, keberadaan dan persebaran museum di Indonesia belum merata di seluruh wilayah. Berdasarkan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2024, jumlah museum di Indonesia sebanyak 442 museum. Dari jumlah tersebut, DKI Jakarta dan Jawa Tengah menjadi provinsi dengan museum terbanyak, yaitu 63 museum. Sedangkan provinsi yang belum memiliki museum, antara lain Papua Barat, Papua Barat Daya, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.

Selain itu, jumlah museum di Indonesia masih sedikit jika dibandingkan negara lain. Menurut estimasi United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) tahun 2021, Thailand menjadi negara dengan jumlah museum terbanyak di kawasan Asia Tenggara, yaitu 1.526 museum.

Agen Perubahan 

Museum batuan purba Bayat diharapkan tidak hanya sekedar menyimpan dan memamerkan koleksi sebagaimana museum tradisional, tetapi mampu menjadi museum modern yang terbuka dan berorientasi pada masyarakat. Prinsip museum modern adalah bagaimana benda-benda koleksi tersampaikan kepada masyarakat, dan bukan bagimana benda-benda tersebut disimpan.

Oleh karena itu, dalam pengelolaan museum, terlebih museum modern dibutuhkan peran serta masyarakat seperti diatur dalam Pasal 52 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum. Peran serta tersebut sekaligus menjadi sarana pemberdayaan dan peningkatan produktivitas masyarakat serta pelestarian identitas budaya. Untuk itu, museum batuan purba Bayat perlu menggali dan mengembangkan semua kekayaan di Bayat beserta potensinya, tidak hanya kekayaan alam berupa batuan purba, tetapi juga kekayaan manusia dan budayanya.      

Agar museum batuan purba Bayat dapat menjalankan fungsinya, sekaligus menjadi ikon daerah, dibutuhkan infrastruktur museum berupa bangunan unik dengan desain eksterior dan interior yang ikonik serta fasilitas pendukungnya termasuk perpustakaan.

Selain itu, guna mengembangkan fungsi museum, di area museum dibangun pertokoan yang menjual produk berbasis kearifan lokal Bayat, seperti gerabah, kain batik, payung batik, wayang kayu, dan minuman tradisional dawet. Di area museum juga dibangun gedung serbaguna atau aula untuk berbagai acara atau kegiatan termasuk kegiatan kemasyarakatan.

Di samping itu, guna meningkatkan daya tarik museum dan memberdayakan masyarakat, museum batuan purba Bayat juga secara berkala dapat mengadakan acara-acara budaya, seperti pameran gerabah, festival batik, pameran wayang kayu, festival kuliner, pertunjukan wayang atau pentas seni.

Adanya museum batuan purba Bayat diharapkan dapat menjadi sarana melestarikan dan memajukan warisan masa lampau sekaligus menjadi agen perubahan sosial bagi masyarakat dalam menentukan masa depan.

Irawan Januari Putra Adalah Seorang Perangkat Desa Dari Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah