Pandemi global yang terjadi di dua tahun terakhir ini menuntut perguruan tinggi untuk memiliki teknologi tinggi (high tech) sentuhan yang tinggi (high touch) serta kepercayaan yang tinggi (high trust) dalam menghadapi perkembangan zaman.
- Meninggal Jelang Wisuda, Serah Terima Ijazah Mahasiswi Unnes Korban Kecelakaan Diwarnai Momen Haru
- UKSW Persiapkan Perkuliahan Secara Luring 100 Persen
Baca Juga
"Pandemi global ini telah memunculkan konsep baru, kita harus hidup dalam kenormalan baru," kata Rektor Unnes Prof Dr Fathur Rokhman, M Hum di sela-sela seminar nasional (is) me : Dialog Budaya dan Kebangsaan, secara daring, Sabtu (9/10).
Kenormalan baru melahirkan metode perkuliahan hibrid yang mengombinasikan cara-cara daring dan luring agar akses keilmuan harus tetap diberikan.
"Sebuah mahluk kecil ini telah mendisrupsi seluruh tatanan dunia. Kita dicemaskan oleh banyak kematian dan orang sakit," katanya.
Sebelumnya, menurut rektor, perguruan tinggi sudah dihadapkan dengan tantangan revolusi industri 4.0 dan society 5.0.
Revolusi industri yang telah mendisrupsi selurih perguruan tinggi di Indonesia, bahkan dunia, kata dia, belum selesai hingga saat ini.
Masih banyaknya penyesuaian dengan pola desrupsi tersebut melahirkan society 5.0.
Oleh karena itu, menurut dia, teknologi informasi yang berkembang haruslah ditempatkan pada kemaslahatan kemanusiaan.
"Teknologi sebagai alat untuk membuat martabat kemanusiaan semakin tinggi sebagai mahluk sosial," katanya.
- Meninggal Jelang Wisuda, Serah Terima Ijazah Mahasiswi Unnes Korban Kecelakaan Diwarnai Momen Haru
- UKSW Persiapkan Perkuliahan Secara Luring 100 Persen