Pasar Dugderan Kembali Digelar, Mbak Ita Berharap Bisa Mengangkat UMKM

Pemerintah Kota (Pemkot Semarang) kembali menggelar Pasar Dugderan menjelang Ramadhan 1444 Hijriah. Pasar Dugderan ini sempat tidak diadakan selama tiga tahun akibat pandemi Covid-19.


Walikota Semarang, Hevearita G. Rahayu mengatakan dengan kembali digelarnya Pasar Dugderan ini diharapkan bisa mendongkrak perekonomian masyarakat terutama pelaku usaha kecil atau UMKM yang ada di Kota Semarang.

Ita, sapaan akrabnya, mengatakan untuk mempertahankan estetika kota, maka Pasar Dugderan di fokuskan di sepanjang Jalan Agus Salim. Sehingga jalan menuju Kota Lama tetap terlihat rapi dan bersih.

“Kalau sebelumnya kan di jalan Pemuda kalau mau ke Kota Lama jadi terkesan kumuh padahal Kota Lama kan ikon wisata kita. Makanya dipindah ke Agus Salim,” kata Ita, Selasa (14/3).

Pasar Dugderan yang sudah mulai dibuka sejak Minggu (12/3) kemarin sudah diisi oleh ratusan UMKM yang menjajakan berbagai macam mainan tradisional hingga kuliner. 

“Nantinya jika pasar Dugderan ini rapi maka kita bisa support misalnya dengan festival Dugderan,” tuturnya.

Amel, warga Semarang Utara mengaku sudah menanti Pasar Dugderan setelah adanya pandemi selama tiga tahun. Ia mengatakan Pasar Dugderan kali ini terbilang sangat ramai. Amel yang datang bersama suami dan anaknya langsung menghampiri penjual kapal otok-otok yang merupakan mainan identik saat Pasar Dugderan.

“Harapannya setiap tahun selalu ada Pasar Dugderan dan selalu meriah seperti ini,” ungkap Amel.

Pengunjung lain, Mei dari Semarang Timur juga mengaku senang karena Pasar Dugderan yang merupakan ciri khas budaya Kota Semarang kembali digelar. Dia yang datang bersama anak-anak sengaja datang untuk bernostalgia dan mencari makanan serta mainan tradisional.

“Rasanya sudah kangen adanya Pasar Dugderan. Kalau dulu suka naik wahana permainan. Dan sekarang lebih rame karena sudah ada alun-alun,” ujarnya.

Sementara itu, Heri salah satu pedagang kapal otok-otok selalu berjualan kapal otok-otok setiap Pasar Dugderan. Selama tiga tahun terhenti akibat pandemi, ia mengaku sedih karena tidak bisa berjualan di Pasar Dugderan.

“Alhamdulilah Dugderan ada lagi. Karena setiap tahun pasti ikut jualan. Semoga kedepan ada terus,” jelas Heri.