Argo Muria Festival Akan Dimeriahkan Andien

PT KAI akan menggelar kreasi seni bertajuk 'Argo Muria Festival with Andien Metamorfosa' di Museum Lawang Sewu. Kegiatan ini untuk mengenalkan produk layanan transportasi kereta api penumpang dan tempat wisata bernuasan kereta api.


Manajer Humas PT.KAI Daop IV Semarang, Suprapto menegaskan, festival pagelaran seni ini dimulai dari pukul 15.00 WIB- 21.00 WIB. Pagelaran seni yang akan dipamerkan antara lain Music Showcase, Illustration Respond (Art Show), Teater Performance, Fashion Showcase dan konser musik menampilkan artis kenamaan "Andien".

Suprapto menjelaskan festival ini juga menampilkan acara Bazaar And Marketplace yang menghadirkan delapan tenant yang tergabung dalam Impala Space Community.

"Festival Argo Muria merupakan bentuk apresiasi kepada para penumpang royal relasi Semarang - Jakarta selama ini. Dimana tercatat pada tahun 2017, sebanyak 755.701 penumpang telah menggunakan layanan kereta api relasi Semarang - Jakarta atau naik 12 persen dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 674.021 penumpang," jelas Suprapto.

Penamaan Festival KA Argo Muria sendiri, Suprapto menyatakan merupakan bagian dari promosi layanan kereta api relasi Semarang Tawang - Gambir (Jakarta) yang pertama kali beroperasi pada tanggal 22 Desember 1997. Saat ini, KA Argo Muria telah menggunakan kereta eksekutif terbaru produksi INKA tahun 2017, dengan rangkaian New Image dengan fasilitas dan interior yang representatif dan lux.

Suprapto berharap adanya Festival Argo Muria with Andien Metamorfosa semakin menyemarakan Kota Semarang pada khususnya dan Jawa Tengah pada umumnya. Hal ini bertujuan agar semakin terkenal sebagai destinasi tujuan wisatawan lokal maupun mancanegara.

"Pengambilan tempat penyelenggaraan Lawang Sewu dimaksudkan agar tempat wisata edukasi perkeretaapian ini bisa semakin dikenal dan semakin menarik dikunjungi oleh wisatawan. Lawang Sewu adalah gedung bersejarah di Semarang, Jawa Tengah, yang didesain oleh arsitek Belanda bernama Prof. Jacob K. Klinkhamer dan B.J. Ouendag dibantu Cosman Citroen dengan mengacu pada arsitektur campuran bergaya Tropis dan Eropa," ungkapnya.

Suprapto menambahkan, gedung Lawang Sewu ini dahulu merupakan kantor dari Nederlands - Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) atau Perusahaan Kereta Api jaman Belanda. Setelah kemerdekaan, gedung ini digunakan sebagai kantor pusat oleh PT Kereta Api Indonesia.

"Selain digunakan sebagai kantor Kereta Api Indonesia, Lawang Sewu memiliki sejarah kuat saat peristiwa pertempuran 5 hari di Semarang pada Oktober 1945. Oleh karena itu pada tahun 1992, pihak Pemkot Semarang menjadikan gedung ini merupakan bangunan cagar budaya yang dilindungi," pungkas Suprapto.