Sekda Kota Salatiga Wuri Pujiastuti menyebutkan, jika pasien terbanyak di RSUD Salatiga justru ber-KTP di luar Salatiga.
- 61 ASN Salatiga Bakal Diperiksa Penyidik Polda Jateng, Ada Pejabat Eselon II Hingga Anggota DPRD Aktif
- Sekda Dan Wali Kota Pastikan ANBK di Salatiga Sesuai Protkes
- Sekda Salatiga : 5 Siswa SD Isoman Karena Covid-19 Akan Terima Bantuan dari Korpri
Baca Juga
"Hampir 60 persen itu pasien RSUD Salatiga dari Kabupaten Semarang dan Kabupaten Purwodadi," kata Wuri Pujiastuti kepada wartawan, Rabu (21/7).
Sementara, warga Salatiga yang dirawat di Rumah Sakit (RS) plat merah milik Pemkot Salatiga itu justru lebih sedikit.
Sedikitnya jumlah pasien ber-KTP Salatiga bukan tanpa alasan, terutama saat pandemi Covid-19. Wuri menerangkan, keengganan warga Salatiga untuk menunggu antrian, salah satu alasan dominasi pasien berasal dari luar kota.
"Ketika pihak manajemen RSUD Salatiga telah menyampaikan bed penuh, menunggu sampai ada yang kosong, sebagian besar warga kita enggan menunggu. Lainnya halnya warga luar Salatiga, mereka rela menunggu di tenda/ barak yang disediakan di depan IGD," paparnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Salatiga Dance Ishak Palit meminta masyarakat tidak selalu menyalahkan tenaga kesehatan Nakes karena keterlambatan penanganan pasien Covid-19 di RSUD Salatiga atau RS di wilayah Salatiga.
"Ketika Nakes ini mundur siapa yang akan repot. Jadi sangat dipahami ketika sumber daya manusia (SDM) nakes saat ini minim, sehingga imbasnya pelayanan konsentrasi terpecah," paparnya.
- 61 ASN Salatiga Bakal Diperiksa Penyidik Polda Jateng, Ada Pejabat Eselon II Hingga Anggota DPRD Aktif
- Lama Kosong, Rumdin Walikota Kembali Terisi Pasien Covid-19
- Sekda Dan Wali Kota Pastikan ANBK di Salatiga Sesuai Protkes