- UNS Jalin Kerja Sama dengan Tokocrypto
- Mahasiswa KKN UNDIP Buat Inovasi Daging Kelinci Jadi Camilan Menyehatkan
- 3.198 Siswa di Salatiga Terima Bantuan Sosial Siswa Kurang Mampu
Baca Juga
Banyak orang tua yang pada akhirnya mengeluhkan penerapan model pembelajaran ini. Dalam pembelajaran daring, orang tua mejadi lebih aktif untuk mengajari anaknya, mengecek dan mengumpulkan tugas sekolah, serta menyediakan gawai beserta kuota internet untuk proses pembelajaran.
Tidak dapat dipungkiri bahwa negara kita belum siap untuk menerapkan model pembelajaran seperti ini. Isu-isu terkait kendala pembelajaran daring telah menjadi trend penelitian sepanjang tahun 2020 dan 2021.
Secara umum, kendala tersebut meliputi faktor kesiapan sumber daya manusia serta infrastruktur dan teknologi yang belum memadai. Hal ini tentunya sangat berdampak pada kualitas pembelajaran.
Menyikapi fenomena ini, pemerintah mengupayakan pelaksanaan pembelajaran tatap muka dengan tetap memperhatikan kondisi terkini dari pandemi Covid-19.
Dalam rapat terbatas pada Senin (07/06/2021), Presiden RI Joko Widodo menginstruksikan penyelenggaraan pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas. Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas telah dilakukan serentak pada bulan Juli sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.
Seperti yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim bahwa PTM terbatas tidak sama seperti sekolah tatap muka biasa.
Konsep dari PTM terbatas ini yaitu dengan mengatur durasi belajar dan jumlah siswa yang lebih sedikit dari kondisi normal. Selain itu, protokol kesehatan juga diterapkan sangat ketat pada pembelajaran ini. Namun, apakah model pembelajaran ini efektif?
Meski setidaknya penyelenggaraan PTM terbatas ini dapat mengurangi sedikit permasalahan dalam pembelajaran daring, faktanya penerapan pembelajaran ini pun memunculkan permasalahan baru.
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Ditjen Paud Dikdasmen) Kemendikbudristek, Jumeri dalam webinar yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek pada Kamis (9/9/2021) menjelaskan masalah terkait PTM terbatas yang dihadapi sekolah bervariasi sebab setiap daerah memiliki dinamika yang berbeda-beda.
Di beberapa daerah, penyelenggaraan PTM terbatas masih terhambat sebab sebagian besar pendidik dan tenaga kependidikan masih belum memperoleh vaksin. Kendala lainnya ialah materi pembelajaran yang diberikan dalam PTM terbatas hanya berupa materi inti atau yang paling esensial.
Penyampaian materi yang tidak maksimal itu terkait dengan durasi pembelajaran yang dibatasi yakni rata-rata hanya dua jam saja. Hal ini tentu saja membuat beban guru menjadi lebih berat. Guru-guru harus melaksanakan proses pembelajaran dua kali lipat dari sebelumnya. Beberapa sekolah menerapkan kebijakan jadwal masuk siswa dengan sistem ganjil-genap. Sehingga guru harus melaksanakan pengajaran dua kali pada jadwal tatap muka nomor siswa ganjil dan genap.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap beberapa guru Bahasa Inggris di Demak dan Kudus, penerapan sistem ganjil-genap ini menimbulkan beberapa kendala.
Muhammad Khodrotun Naja, M.Pd, guru Bahasa Inggris di salah satu MAN di Kudus menjelaskan bahwa meski durasi pembelajaran berkurang tetapi kegiatan mengajar bertambah dua kali lipat. Sedangkan menurut Ervia Rosytta Prihadi, M.Pd, guru Bahasa Inggris SMK swasta di Kudus, guru bingung dengan materi yang diulang-ulang karena siswa yang diajar berganti/berbeda.
Adakalanya beliau salah materi dalam mengajar dengan melanjutkan materi yang berikutnya padahal siswa yang diajar berbeda dengan sebelumnya.
Di sisi lain, guru Bahasa Inggris MA swasta di Demak, Mar’atul Jannah, M.Pd menjelaskan bahwa siswa susah beradaptasi dengan pembelajaran tatap muka terbatas ini. Siswa terlanjur nyaman dengan pembelajaran daring yang telah berlangsung cukup lama.
Permasalahan lain muncul dalam penyelenggaraan PTM terbatas ini yang sebelumnya telah dikhawatirkan yaitu munculnya klaster Covid-19 di kalangan pelajar.
Pelaksanaan PTM di beberapa sekolah di Kota Semarang sempat dihentikan sementara karena adanya siswa yang terpapar Covid-19. Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Gunawan Saptogiri mengatakan penghentian sementara pelaksanaan PTM dilakukan selama sepekan mulai tingkat TK, SD, hingga SMP.
Langkah ini diambil setelah tercatat lebih dari 20 sekolah mulai dari tingkat SD hingga SMA yang dilaporkan terdapat siswanya yang positif Covid-19. PTM di Kota Semarang Kembali diselenggarakan pada Senin (8/11/2021).
Meskipun penerapan PTM terbatas ini belum maksimal dan menimbulkan beberapa permasalahan, akan tetapi model pembelajaran ini perlu untuk tetap dilanjutkan.
PTM terbatas ini berfungsi untuk merelaksasi siswa dan menjadi masa transisi dari pembelajaran daring ke pembelajaran tatap muka secara penuh.
Di samping itu, PTM terbatas juga dimaksudkan untuk menghindarkan siswa dari resiko turunnya capaian belajar dan psikologis.
Senada yang disampaikan oleh Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim, PTM memang harus dilakukan agar siswa tidak mengalami learning loss (hilangnya kemampuan akademik pengetahuan atau keterampilan oleh peserta didik).
- MBG Wonogiri Tetap Berjalan dalam Suasana Puasa Ramadan
- Tingkatkan SDM dan Layanan Kesehatan, Pemkab Barito Selatan Gandeng Unsoed
- Mengenal Sosok Bripka Ratih Candra Ayu, Polwan Pertama Peraih Gelar Doktor di Polres Jepara