Penjual Sayur Wisuda, Bagikan Gratis Dagangannya

Perjuangan Amiruddin, seorang penjual sayur keliling untuk meraih cita-cita terbayar sudah. Hari ini bersama ratusan mahasiswa dari Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Solo  berhasil di wisuda.


Amirudin datang dengan mengendarai sepeda motor yang berisi bronjong (kotak) berisi penuh aneka sayuran dan kue-kue yang ikut menjadi saksi bisu perjuangannya.

Raut wajah bahagia dan senyumnya lepas saat menerima selamat dari orang tuanya, juga rekan-rekan mahasiswa lainnya. Tak henti-hentinya Amiruddin mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas kesuksesannya hari ini.

Amiruddin mahasiswa prodi Pendidikan dan Kepelatihan Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Solo ini menempuh masa studi selama 5 tahun. Perjuangan untuk meraih mimpinya sangat berat dan panjang.

Sebagai anak seorang buruh serabutan, Amiruddin paham betul kondisi orang tuanya yang tidak bisa menyekolahkannya ke jenjang yang lebih tinggi. Jatuh bangun harus dirasakan Amiruddin yang sempat merantau ke Jakarta menjadi pedagang bakso keliling demi mengumpulkan uang untuk biaya sekolah.

Pria asal Wukir Sawit, Jatiyoso, Karanganyar ini kemudian sekitar tahun 2011 akhirnya memutuskan untuk menjadi pedagang sayur keliling.

Setiap pagi usai Sholat Subuh, Amiruddin belanja sayur di pasar Matesih. Sayur yang dibelinya kemudian dibawa kembali ke rumah untuk dijual kembali keliling kampung.

"Pagi sudah kulakan sayur untuk dijual keliling kampung, siang sampai malam kuliah," jelasnya kepada RMOLJateng, Sabtu (29/2) sore. 

Dari hasil berjualan sayur itu Amiruddin dapatkan keuntungan antara Rp. 80 ribu-Rp. 150 ribu itu kalau dagangannya semua habis berjual. Terkadang juga tersisa banyak.

Dan secara konsisten dirinya harus menyisihkan sebagian keuntungannya untuk biaya masuk kuliah. Besarnya sekitar Rp. 40 ribu, sisanya untuk kebutuhan lainnya.

"Saya ingin buktikan omongan orang yang memandang rendah. Mereka mengatakan ngopo tukang sayur ndadak sekolah. Eman, duite nggo tuku sapi wae," jelasnya.

Ejekan dan sindiran yang diterima pria kelahiran 8 September 1992 menjadi pelecut semangatnya untuk terus melanjutkan kuliah meski waktu dan tenaganya terkuras habis. Kedepannya Amiruddin ingin mengabdikan ilmunya menjadi guru olah raga di kampung halamannya. 

"Ya akhirnya ini saya berhasil membuktikan bahwa  anak desa, orang gak mampu, dan hanya tukang sayur bisa juga lulus kuliah. Jadi teman-teman lain jangan malu, harus semangat, ini saya juga bisa," pesannya.

Amiruddin juga  memiliki nazar jika dirinya berhasil lulus kuliah dengan hasil keringatnya sendiri akan membagikan gratis semua dagangannya di hari wisuda.

Meski sebenarnya di hari-hari biasa jika sayur dagangannya tidak habis selalu dibagikan pada orang disekitarnya. 

"Janji saya suk mben aku wisuda kayaku dewe, arep bagi-bagi gratis dagangan pas wisuda. (Besuk jika wisuda hasil keringatku sendiri akan bagi-bagi gratis dagangan)," imbuhnya.

Sementara itu ayah dari Aminuddin, Suwarno Saputro  mengaku bangga dan terharu, karena sebagai orang tua dirinya tidak bisa membiayai pendidikan anaknya karena keterbatasan biaya. Namun sang anak dengan kekuatannya sendiri mampu membiayai kuliahnya secara mandiri.

"Alhamdulillah berkat tekat kuat anak saya, dia berhasil lulus dengan biaya sendiri. Saya sebagai orang tua bangga sekali memiliki anak yang punya tekat luar biasa," pungkasnya.